Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Batu Bara Dinilai Atraktif, Intip Saham Jagoan BRI Danareksa Sekuritas

Investor juga mungkin melihat sektor batu bara sebagai tempat berlindung yang relatif aman.
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Meski harga batu bara sedang melemah ke bawah US$100 per ton, sejumlah saham emiten pertambangan 'emas hitam' dinilai analis masih menarik untuk dicermati oleh investor. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara Newcastle untuk kontrak April 2024 dibanderol US$93,9 per ton pada Rabu (23/4/2025). Meski begitu, indeks IDX Energy di Bursa Efek Indonesia tercatat menguat 3,37% ke level 2.477.314 pada penutupan Selasa (22/4/2025).

Laju indeks tersebut didorong oleh kenaikan harga saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebesar 11% ke level Rp111 per saham, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) menguat 7,41% ke posisi Rp7.250, dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) naik 3,88% menuju harga Rp1.875 per saham.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan mengatakan bahwa kenaikan saham-saham batu bara pada perdagangan kemarin didorong oleh beberapa sentimen. Salah satunya adalah batu bara dianggap sebagai safe haven investasi.

”Selain itu, investor juga mungkin melihat sektor batu bara sebagai tempat berlindung yang relatif aman, yaitu sektor yang dapat diposisikan secara taktis. Selain logam, di tengah pertumbuhan domestik yang lemah untuk sektor lain,” kata Erindra dalam riset, Rabu (23/4/2025).

Hal itu didasarkan pada kinerja beberapa emiten energi seperti ITMG dan AADI yang menunjukkan volume produksi yang sesuai ekspektasi pada kuartal I/2025. Volume produksi batu bara sejumlah emiten didukung oleh dengan curah hujan yang lebih rendah dari perkiraan.

Selain itu, potensi penurunan harga batu bara dinilai BRI Danareksa Sekuritas sudah cukup terbatas. Meskipun permintaan dari China melemah, tetapi cost support bagi produsen Australia diperkirakan berada pada kisaran US$85–US$90 per ton.

Terlebih lagi, sektor batu bara juga dianggap menarik karena telah mengalami koreksi sekitar 14% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD). Pertimbangan lainnya ialah emiten-emiten batu bara berpotensi memiliki yield dividen yang tinggi sekitar 9%–14%.

Aturan Royalti Batu Bara

Selain dinilai sebagai safe haven, penurunan royalti Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) juga menjadi sentimen lain yang membantu penguatan saham emiten-emiten batu bara, seperti INDY, BUMI, atau AADI.

Aturan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2025 tentang Perlakuan Perpajakan dan/atau PNBP di Bidang Usaha Pertambangan Batubara. Beleid ini merupakan perubahan atas PP Nomor 15 tahun 2022.

Beleid itu ditandatangani dan diundangkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 11 April 2025 dan berlaku efektif mulai 26 April 2025.

Adapun, beberapa perusahaan batu bara pemegang IUPK, antara lain PT Adaro Indonesia, PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Multi Harapan Utama, PT Kideco Jaya Agung, dan PT Berau Coal.

Meskipun begitu, potensi koreksi masih ada sebesar 24% pada 2025, jika harga rata-rata batu bara Newcastle berada di bawah proyeksi. Selain itu, potensi penurunan laba sebesar 9%–29% bakal terjadi jika harga rata-rata batu bara Newcastle berada di angka US$100–US$105 per ton.

Di antara saham-saham batu bara, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan saham-saham seperti UNTR dengan target harga Rp31.000 per saham, AADI target harga Rp9.850, ADRO dengan target Rp2.630, ITMG dengan target Rp27.300, dan PTBA dengan target Rp3.100 per saham.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper