Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan IHSG Menuju 6.700 Kuartal II/2025, Rekomendasi INDY hingga SMRA

Analis memproyeksi IHSG akan bergerak menghijau menyentuh ke level 6.700 pada kuartal II/2025 dengan rekomendasi saham INDY hingga SMRA.
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menghijau pada kuartal II/2025 ini. Investor akan mencermati kebijakan Presiden Prabowo sembari melihat perkembangan global.

Analis pasar modal sekaligus founder Stocknow.id Hendra Wardana memproyeksi bahwa IHSG bisa bergerak menghijau menyentuh ke level 6.700 pada kuartal II/2025.

"Dalam jangka pendek terdapat peluang rebound IHSG dengan menguji resistance ke level 6.497. Apabila level ini mampu ditembus disertai perbaikan sentimen global dan kebijakan domestik yang akomodatif, maka target selanjutnya berada di kisaran 6.700 hingga akhir kuartal II/2025," katanya kepada Bisnis, Senin (21/4/2025).

Dia menjelaskan bahwa pada paruh kedua tahun ini, arah IHSG akan sangat ditentukan oleh kepastian kabinet pemerintahan baru Prabowo-Gibran, kejelasan kebijakan fiskal 2025, serta stabilitas eksternal dari perundingan dagang internasional dan kebijakan moneter global.

Menurutnya, prospek pasar modal Indonesia pada tahun ini masih tergolong menjanjikan, meski diwarnai dinamika global yang cukup menantang.  Adapun, Ttekanan geopolitik seperti perang dagang AS-China, kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump terhadap Indonesia, serta kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung ketat hingga akhir tahun menjadi sentimen utama yang membayangi pasar.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa respon cepat pemerintah Indonesia dalam menegosiasikan tarif perdagangan bilateral dengan AS dalam waktu 60 hari mencerminkan keseriusan menjaga akses ekspor nasional tetap kompetitif. 

Hal tersebut dinilai menjadi katalis positif bagi pelaku pasar, khususnya pada sektor padat karya seperti tekstil, furniture, hingga perikanan. 

Di sisi lain, potensi tercapainya kesepakatan dagang AS-China akan membuka ruang bagi perbaikan sentimen global, termasuk terhadap aliran modal asing ke emerging market seperti Indonesia.

Sementara itu, dia melihat beberapa sektor saham masih menarik untuk dikoleksi, baik untuk jangka pendek maupun hingga akhir tahun.

Emiten batu bara seperti INDY dan BUMI terlihat berpotensi diuntungkan dari Peraturan Pemerintah No. 18 dan 19/2025 yang menurunkan tarif royalti untuk pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). 

Menurut Hendra, di tengah kondisi saat ini, saham INDY menarik dikoleksi dengan target Rp1.400, sedangkan ANTM dapat menjadi opsi spekulatif dengan target Rp2.100 mengingat harga emas sedang tinggi-tingginya.

Selain itu, saham media seperti EMTK dan SCMA juga mencuri perhatian dengan katalis digitalisasi konten dan transformasi bisnis, masing-masing dengan target harga Rp585 dan Rp220.

Hendra mengatakan bahwa sektor pertambangan dan properti juga menjadi perhatian penting pada tahun ini. Emiten batu bara diperkirakan mendapat angin segar dari regulasi royalti baru dan ketahanan permintaan domestik, terutama untuk energi PLN dan ekspor ke Asia Selatan. 

Adapun di sisi lain, menurutnya sektor properti kemungkinan mulai bangkit pasca transisi politik dan pembukaan kembali anggaran Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. 

"Saham-saham seperti CTRA, BSDE, dan SMRA menjadi incaran investor seiring ekspektasi dukungan pembiayaan KPR, insentif perpajakan, dan peningkatan kebutuhan hunian di area penyangga IKN dan kota-kota besar," ucapnya.

Dia menjelaskan bahwa di tengah tantangan global saat ini, peluang investasi tetap terbuka lebar bagi investor yang selektif dan berbasis analisis fundamental yang kuat.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper