Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 7.874,90 pada perdagangan hari ini, Rabu (20/8/2025) jelang agenda penentuan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat di level 7.874,90 sesaat setelah pembukaan perdagangan. Lima menit berselang, IHSG menguat 0,41% ke posisi 7.895,52 pada pukul 09.05 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 7.868,22 dan tertinggi 7.898,03. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp14.234 triliun.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham dengan nilai transaksi saham tinggi di pasar dibuka menguat. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya mencatatkan penguatan 1,25% pada pembukaan perdagangan. Lalu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menguat 1,24%.
Saham lainnya PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 1,79% pada pembukaan dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) naik 0,03%.
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa (19/8/2025), IHSG ditutup terkoreksi 0,45% ke level 7.862,94. Namun, IHSG masih di zona hijau, menguat 11,06% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Baca Juga
Tim Riset Phintraco Sekuritas menilai bahwa terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi IHSG hari ini. Dari dalam negeri, investor akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari ini.
Menurut konsensus, BI akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 5,25%, setelah pada RDG Juli lalu menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
BI diperkirakan masih berpeluang menurunkan suku bunga lagi pada tahun ini, jika laju inflasi masih terkendali dalam kisaran target BI yaitu 1,5%-3,5%. Inflasi dari Mei sampai Juli berturut-turut mengalami kenaikan hingga mencapai 2,37% secara tahunan (year on year/yoy) di Juli 2025, yang merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2024, meskipun masih dalam kisaran target BI.
Dari global, investor akan mencermati keputusan moneter bank sentral China yang diperkirakan akan kembali mempertahankan Loan Prime Rate 1 tahun pada level 3% dan 5 tahun pada level 3,5%. Dipertahankannya suku bunga pada level rendah ini disinyalir sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi China di tengah ancaman perang tarif, melemahnya daya beli, dan mendorong pemulihan sektor properti.
Dari Inggris akan dirilis data inflasi periode Juli 2025 yang diperkirakan naik menjadi 3,7% yoy dari 3,6% yoy di Juni 2025 yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2024.