Bisnis.com, JAKARTA – Ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor energi bersih, dinilai bakal mampu menyengat kinerja emiten yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai PGEO berpotensi mendapatkan penguatan dari target produksi energi bersih pemerintah ke depannya. Hal ini mengingat telah masuknya BPI Danantara ke proyek percepatan panas bumi PLN dan PGEO terhadap 19 proyek berkapasitas 530 MW.
Kerja sama dalam proyek ini dinilai mampu memberikan sentimen positif, seperti meningkatkan efisiensi operasional, membuka akses pendanaan murah, hingga menarik minat investor lokal dan asing.
Sukarno merekomendasikan buy terhadap saham PGEO dengan target Harga Rp1.855 dan Rp2.200 per lembar. Terlebih, pada perdagangan hari ini, PGEO tengah terkoreksi 3,41% ke Rp1.415, yang dinilai menjadi momen yang tepat bagi investor untuk masuk ke saham ini.
“Untuk saat ini PGEO sedang koreksi, bisa dijadikan momentum untuk akumulasi buy. Sementara prospek jangka panjang tetap solid menunggu eksekusi target EBT,” kata Sukarno.
Selain itu, Sukarno menilai bahwa target pemerintah terhadap produksi EBT juga berpotensi menyengat emiten-emiten batu bara, terutama yang telah mulai melakukan diversifikasi ke energi baru dan terbarukan.
Sejumlah emiten seperti PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang mulai merambah ke PLTS di Batam atau PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) melalui PLTS di Cilegon.
"Emiten batu bara yang belum melakukan diversifikasi sebetulnya tetap menarik, tapi masih dipengaruhi tekanan harga coal," lanjutnya.
Ekspektasi penguatan kinerja juga disampaikan oleh Manager Corporate Communication & CSR Pertamina Geothermal Energy Muhammad Taufik, yang menerangkan bahwa pihaknya akan senantiasa mendukung target pemerintah.
Selain hal ini dinilai menjadi upaya untuk memperkuat potensi sumber daya dalam negeri, Taufik menjelaskan bahwa target pemerintah itu mampu memberikan peluang pertumbuhan yang signifikan terhadap kinerja PGEO.
“Oleh karena itu, komitmen ini kami wujudkan dengan menjaga momentum percepatan pertumbuhan, sehingga PGE dapat terus memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan bauran energi bersih di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).
Adapun saat ini, PGEO tengah mengembangkan sejumlah proyek untuk mendukung capaian target pemerintah itu. Setidaknya terdapat tiga proyek PGEO yang berpotensi mendorong kapasitas tambahan bagi ketersediaan energi bersih Tanah Air.
Pertama, PGEO tengah menggarap PLTP Hululais yang berlokasi di Bengkulu, akan memiliki kapasitas 110 megawatt (MW). Nantinya, commercial operational date (COD) proyek ini akan diproyeksikan pada akhir 2027 atau memasuki 2028.
Kedua, PLTP Gunung Tiga akan memiliki kapasitas 55 MW. Saat ini, proyek PLTP Gunung Tiga tengah dalam proses eksplorasi dengan target COD pada 2029. Proyek ini baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Juni lalu.
Pada proyek co-generation, kapasitas awal proyek itu berasal dari pengembangan PLTP Lahendong Binary Unit dengan kapasitas 15 MW dan PLTP Ulubelu Binary Unit berkapasitas 30 MW.
Adapun PLN telah mengirimkan Request for Proposal (RFP) kepada PGEO untuk membeli tenaga listrik dari kedua PLTP tersebut. Namun, target COD proyek co-generation baru pada 2027.
“Berangkat dari latar belakang tersebut, target pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi memberi angin segar dan optimisme bagi PGEO,” tambahnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.