Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat Tipis di Tengah Sentimen Minyak Iran dan Tarik Ulur Perang Dagang

Harga minyak mentah ditutup menguat saat pelaku pasar mencermati langkah terbaru AS dalam perang dagang serta sinyal positif dari negosiasi nuklir Iran.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (14/4/2025), saat pelaku pasar mencermati langkah terbaru AS dalam perang dagang global serta sinyal positif dari negosiasi nuklir Iran yang berpotensi membuka keran pasokan baru ke pasar.

Melansir Bloomberg, Selasa (15/4/2025), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei ditutup menguat tipis 3 sen ke level US$61,53 per barel di New York.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Juni menguat 12 sen ke posisi US$64,88 per barel.

Kenaikan saham menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menunda tarif impor pada sejumlah barang elektronik, sempat memberikan dukungan terhadap harga minyak. Namun, data terbaru yang menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen AS yang lebih tinggi ke depan justru menekan kontrak berjangka minyak.

Arah pasar juga dipengaruhi oleh pertemuan antara AS dan Iran pada Sabtu lalu, yang disebut kedua pihak sebagai "konstruktif." Pertemuan tingkat tinggi ini.

Pertemuan yang pertama sejak 2022 ini menghidupkan kembali harapan untuk meredakan ketegangan atas program nuklir Iran dan membuka peluang kembalinya ekspor minyak dari negara anggota OPEC tersebut. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan.

Di sisi permintaan, gambaran permintaan global terus mengalami koreksi. OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan konsumsi tahunan sekitar 100.000 barel per hari, mengikuti langkah serupa dari Badan Informasi Energi AS (EIA).

Bank-bank besar juga menyesuaikan outlook mereka. JPMorgan Chase & Co. kini memperkirakan harga Brent hanya akan mencapai US$66 tahun ini.

Sentimen pasar semakin tertekan sepanjang April akibat kekhawatiran resesi global yang dipicu perang dagang antara AS dan China, ditambah keputusan mengejutkan OPEC+ yang mempercepat pemulihan produksi minyak.

Tim analis Goldman Sachs termasuk Daan Struyven memperkirakan akan terjadi surplus minyak besar meski pasar telah mengantisipasi peningkatan cadangan.

”Kelebihan pasokan mencapai 800.000 barel per hari sepanjang 2025, dengan Brent rata-rata berada di US$63,” ungkap mereka dalam catatan riset.

Pelemahan harga minyak menjadi bagian dari gejolak luas di pasar global, yang juga menyeret harga komoditas dan saham.

JPMorgan mencatat arus keluar dana dari pasar minyak dan bahan bakar mencapai US$2 miliar dalam sepekan hingga 11 April.

Situasi ini diperburuk oleh penurunan tak biasa pada dolar AS dan obligasi pemerintah, yang biasanya menjadi tempat perlindungan saat ketidakpastian meningkat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper