Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat, Sentuh Rp16.781 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.781 pada perdagangan hari ini, Selasa (15/4/2025).
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.781 pada perdagangan hari ini, Selasa (15/4/2025). Rupiah menguat bersama sejumlah mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.02 WIB, rupiah dibuka menguat 0,03% ke Rp16.781 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,28% ke 99,91.

Sementara itu, yen Jepang dibuka turun 0,18%, dolar Hong Kong turun 0,03%, dolar Singapura melemah 0,07%, dolar Taiwan melemah 0,05%, won Korea Selatan melemah 0,20%, dan yuan China melemah 0,06%.

Lalu peso Filipina menguat 0,03%, rupee India menguat 0,75%, ringgit Malaysia menguat 0,23%, dan baht Thailand menguat 0,23% terhadap dolar AS.

Fithra Faisal Hastiadi, ekonom senior Samuel Sekuritas, menyampaikan cadangan devisa Indonesia menyentuh rekor tertinggi US$157,1 miliar pada Maret 2025 menjadi bantalan untuk menghadapi volatilitas pasar dan tekanan depresiasi rupiah. 

"Dengan rasio cadangan devisa yang cukup untuk membiayau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang eksternal, Bank Indonesia punya ruang kebijakan yang ample untuk mengelola capital outflows dan menopang rupiah," ujarnya dalam riset, Selasa (15/4/2025).

Melansir Reuters, dolar AS tetap stabil pada hari Selasa, tetapi masih berada dekat posisi terendah dalam tiga tahun terhadap euro dan titik terendah enam bulan terhadap yen yang dicapai minggu lalu, seiring investor kesulitan memahami perubahan kebijakan tarif AS yang berubah-ubah.

Fokus pasar masih tertuju pada pemberitaan yang terus berubah soal tarif, dengan penghapusan tarif AS terhadap ponsel pintar dan barang elektronik lain dari daftar bea masuk terhadap China pada akhir pekan memberikan sedikit kelegaan. Meskipun demikian, pernyataan Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa kelonggaran tersebut kemungkinan hanya bersifat sementara.

Kebijakan Trump yang memberlakukan tarif, lalu tiba-tiba menunda tarif atas barang impor ke AS menimbulkan kebingungan, menambah ketidakpastian bagi investor dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Kieran Williams, Head of Asia FX di InTouch Capital Markets mengatakan kebingungan atas kebijakan dan menurunnya kepercayaan investor telah memicu peralihan lambat, tetapi stabil dari aset-aset berbasis dolar.

"Langkah mundur terbaru terkait tarif AS telah meredakan sebagian kecemasan pasar yang akut, sehingga mengurangi daya tarik dolar sebagai aset safe haven dalam jangka pendek," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper