Bisnis.com, JAKARTA — Morgan Stanley memperkirakan harga emas akan menembus kisaran US$3.300 hingga US$3.400 per ons pada tahun ini setelah menembus rekor US$3.100 akibat kekhawatiran tarif Trump.
Seperti dilansir Bloomberg, emas menyentuh rekor baru setelah naik 1,4% ke level all time high US$3.127,92 per ons pada Senin (31/3/2025). Emas membukukan kinerja terbaik secara kuartalan sejak September 1986 setelah naik hampir 20% pada tahun ini.
Kenaikan harga emas didorong oleh gelombang volatilitas yang diterima oleh para traders imbas rencana pemberlakuan tarif impor Presiden AS Donald Trump. Hal itu meningkatkan kekhawatiran terhadap ekonomi global yang memasuki era perang dagang.
Trump direncanakan mengumumkan tarif impor terhadap mitra dagang AS pada Rabu (2/4/2025).
Amy Gower, commodity strategist Morgan Stanley, menyampaikan permintaan emas fisik dan kondisi makro yang mendukung menjadi faktor pendorong reli harga emas.
Menurutnya, langkah investor membeli logam mulia, koin, dan exchange traded fund (ETF) emas merepresentasikan arus modal masuk yang baru dan kemungkinan akan terus terjadi.
“Kemudian ada juga sisi makro dari emas yang dapat berkompetisi dengan inflasi, saham, dan obligasi dalam portofolio investor,” ujarnya dalam wawancara Bloomberg TV.
Morgan Stanley memperkirakan emas akan meningkat ke level US$3.300—US$3.400 per ons pada tahun ini. Proyeksi itu sejalan dengan langkah lembaga keuangan lain yang menaikkan target terhadap logam mulia.
Goldman Sasch Group pada bulan lalu menegaskan proyeksi emas di level US$3.300 per ons pada akhir 2025. Emas terdorong oleh ketidakpastian ekonomi dan politik global, serta langkah bank sentral dunia memborong emas sebagai aset lindung nilai.
Bloomberg mencatat harga ETF emas naik 6% pada tahun ini setelah mencatat net ouflows dalam 4 tahun terakhir. Sementara itu, emas meningkat 19% pada kuartal I/2025 ke level US$3.125,58 per ons.