Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berdaya menjelang libur Lebaran 2025. Hingga perdagangan terakhir sebelum libur panjang, IHSG sudah terkerek 2,02% ke level 6.510,62 secara mingguan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat sebesar 0,59% atau 38,26 poin ke posisi 6.510,62 saat penutupan Kamis (27/3/2025).
Kemarin, IHSG dibuka di level 6.462,60 dan sempat bergerak ke level terendah 6.417,24 dan level tertinggi 6.510,62. Saat penutupan, sebanyak 381 saham menguat, 241 saham menurun, dan 336 saham stagnan.
Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp11.126 triliun. Saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) melesat 9,89% ke level Rp10.000.
Lalu, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) juga naik 3,37% ke harga Rp5.375 per saham. Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) naik 1,05% ke Rp7.200, dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) juga naik sebesar 0,92% menuju level Rp5.500.
Sementara itu, saham-saham bank, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 1,25% menjadi Rp4.050, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 0,97% ke harga Rp5.200.
Lain hal dengan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melemah 0,29% ke Rp8.500 per saham, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melemah 0,24% ke Rp4.240 per saham.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan investor perlu mewaspadai potensi dividend trap yang kemungkinan datang lebih awal, yaitu bersamaan dengan pengumuman nilai dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini disebut spesifik terhadap saham-saham bank berkapitalisasi besar.
"Kondisi ini pernah terjadi di awal tahun 2024, namun saat ini dividend trap terjadi pada saham-saham tambang. Kondisi ini umumnya terjadi jelang Cum hingga tanggal Ex Dividend," katanya dalam riset, Kamis (27/3/2025).
Baca Juga : Dividen Bank Mandiri (BMRI) Rp17,03 Triliun Mengucur ke Investor Publik, Schroders dan Vanguard Ikut Antre |
---|
Akan tetapi, dia menjelaskan bahwa kali ini harga saham sudah lebih dulu menguat signifikan, relatif sebesar ekspektasi dividend yield pada periode RUPS.
Adapun, hal itu dipicu oleh sentimen ekonomi masih belum sepenuhnya positif dan dari eksternal ada kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang masih tarik ulur.
Dari dalam negeri, juga terdapat kekhawatiran booster konsumsi pada periode libur Idulfitri pada tahun ini tidak sebesar sebelum-sebelumnya.
Tim analis CGS International Sekuritas Indonesia juga menyatakan bahwa penguatan mayoritas indeks di bursa Wall Street belakangan ini menarik kembali aksi beli bersih atau net buy asing turut menjadi sentimen positif untuk IHSG.
Sementara itu, kekhawatiran akan berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menjadi sentimen negatif bagi IHSG di saat libur lebaran.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.