Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Asing Mulai Mengalir Deras di Saham Bank BBCA, BMRI Cs Jelang THR Dividen

Dana asing mulai mengalir ke deretan saham bank jumbo BBCA, BMRI cs jelang tebaran dividen.
Layar menampilkan informasi harga saham di Jakarta, Selasa (28/1/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Layar menampilkan informasi harga saham di Jakarta, Selasa (28/1/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia mulai menggeliat terdorong momentum tebaran dividen emiten. Dana asing pun mulai mengalir ke deretan saham bank jumbo bbca hingga BMRI.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat nilai beli bersih atau net buy asing di pasar saham Indonesia sebesar Rp2,57 triliun pada perdagangan kemarin, Rabu (26/3/2025). Meskipun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) masih tercatat nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp30,54 triliun.

Pada perdagangan kemarin, terdapat sejumlah saham yang mendapatkan banyak suntikan dana dari investor asing, terutama bank jumbo. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya mencatatkan net buy asing sebesar Rp764,54 miliar pada perdagangan kemarin.

Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net buy asing sebesar Rp721,36 miliar pada perdagangan kemarin. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net buy asing sebesar Rp459,65 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net buy asing sebesar Rp231,65 miliar pada perdagangan kemarin.

Selain bank jumbo, PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan net buy asing sebesar Rp80,77 miliar dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) mencatatkan net buy asing sebesar Rp38,97 miliar pada perdagangan kemarin.

Seiring dengan aliran dana asing, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) pun moncer. IHSG menguat 3,8% pada perdagangan kemarin, ditutup di level 6.472,36.

Harga saham bank jumbo pun menggeliat. Harga saham BBCA misalnya naik 5,9% ke level Rp8.525 pada perdagangan kemarin. Saham BBNI menguat 8,97% ke level Rp4.250.

Harga saham BMRI pun naik 8,65% ke level Rp5.150 dan saham BBRI menguat 5,26% ke level Rp4.000 per lembar.

Sementara, masuknya dana asing ke pasar saham, terutama dari bank jumbo itu seiring dengan momen tebaran dividen. BBCA misalnya telah menjadwalkan tebaran dividen Rp300 per lembar atau Rp36,98 triliun. Jumlah itu mengindikasikan dividend payout ratio sebesar 67,4% untuk tahun buku 2024.

Deretan bank jumbo pelat merah atau BUMN juga telah menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan memutuskan untuk menebar dividen tebal.

Terbaru, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memutuskan untuk menebar dividen senilai Rp13,95 triliun dalam RUPST yang digelar pada kemarin, Rabu (26/3/2025). Nilai dividen tahun buku 2024 yang ditebar BNI setara dengan Rp374,05 per saham.

BNI sendiri telah meraup laba bersih Rp21,46 triliun pada 2024, sehingga total dividen itu setara dengan 65% dari laba perseroan.

Sebelumnya, RUPST PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memutuskan akan membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2024 senilai Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham. Laba bersih BRI sepanjang tahun lalu mencapai Rp60,64 triliun. Jika dibandingkan dengan laba bersih 2024, maka besaran rasio dividen sebesar 85,32%.

Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memutuskan membagikan dividen senilai Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham. Jika dibandingkan dengan laba bersih sepanjang tahun lalu yang senilai Rp55,78 triliun, besaran dividen tersebut setara dengan 78% laba perseroan.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai penguatan deretan saham bank jumbo hari ini terdorong oleh momentum tebaran dividen yang diumumkan dalam RUPST.

"Penguatan IHSG masih ditopang oleh big bank di tengah gelaran RUPST yang disambut positif oleh market seiring adanya keputusan pembagian dividen," kata Felix kepada Bisnis pada Rabu (26/3/2025).

Akan tetapi, sejumlah saham seperti bank jumbo masih mencatatkan net sell asing yang besar sepanjang 2025 berjalan. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai saham bank jumbo banyak dijual karena pelaku investor cenderung bersikap wait and see terkait prospek pasar ke depan. Investor menimbang terkait dengan prospek ekonomi domestik serta stabilitas politik.

"Kebijakan langkah BI [Bank Indonesia] dalam menjaga stabilitas moneter, sekaligus mendukung ekonomi, serta perlakuan BI atas suku bunga acuan juga menjadi pertimbangan investor," kata Nafan kepada Bisnis.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper