Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang nikel PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) mengincar pendapatan Rp1,1 triliun dan laba bersih Rp150 miliar pada 2025 seiring dengan potensi peningkatan volume penjualan.
Direktur IFSH Iwan Luison menyampaikan pada 2025 perusahaan menargetkan produksi dan penjualan bijih nikel sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sebesar 2,2 juta ton. Dari volume tersebut, perseroan mengincar pendapatan Rp1,1 triliun dan laba bersih sekitar Rp150 miliar.
“Untuk cash cost kami jaga di sekitar US$19—US$20 per ton sehingga menjaga laba bersih,” ujarnya dalam Paparan Publik, Selasa (25/3/2025).
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2024, emiten dengan kode saham IFSH membukukan pendapatan Rp972,70 miliar atau turun 32,13% year on year (yoy) dari 2023 senilai Rp1,43 triliun.
Penurunan pendapatan dan kenaikan beban menekan bottom line perseroan. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tergerus 60,39% yoy menjadi Rp83,66 miliar pada 2024 dari posisi Rp211,26 miliar pada 2023.
Volume penjualan bijih nikel mencapai 1,63 juta ton pada 2024, turun dari 2,09 juta ton pada 2023. Penurunan penjualan terutama disebabkan tantangan produksi akibat cuaca yang cenderung hujan.
Iwan Luison menyampaikan pada 2025 diharapkan harga nikel lebih stabil seiring dengan peningkatan permintaan industri stainless steel dan kendaraan listrik. Apalagi, penjualan mobil listrik di Indonesia cenderung bertumbuh.
Berdasarkan data London Metal Exhange (LME), harga nikel mencapai US$16.013 per ton pada Senin (24/3/2025). Secara year to date (YtD), harga nikel naik 4,33%.
Adapun, harga nikel cenderung turun pada 2024 sebesar 7,68% menjadi US$15.328 per ton, dan merosot 44,75% pada 2023 menuju US$16.603 per ton. Harga nikel mencapai puncaknya pada 2022 di level US$30.048 per ton.
“Kami berharap harga nikel 2025 membaik, karena permintaan meningkat. Siklus komoditas juga naik turun, saat ini pasokan juga lebih seimbang,” imbuh Iwan.
Ifishdeco merupakan emiten tambang yang memiliki lahan tambang di Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Total luas konsesi yang dimiliki mencapai 2.580 hektare. Perseroan memiliki IUP operasi/produksi seluas 800 hektare.
Selain tambang nikel, Ifishdeco memiliki aset lain seperti di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Di sana, lewat anak usahanya yaitu PT Patrindo Jaya Makmur, memiliki lahan seluas 500 hektare dan PT Hangtian Nur Cahaya di Konawe Selatan memiliki 47,7 hektare lahan tambang.
Pada 2024, Ifishdeco menjual pasir silika 443,46 ton. Menurut Iwan Luison, pasar komoditas pasir silika ialah smelter nikel. Namun, harganya ditentukan dengan pembeli, tidak seperti nikel yang dipengaruhi harga global.
"Pasir silika berkontribusi ke pendapatan IFSH sekitar 15%," imbuhnya.
Sementara itu, RUPST 2024 IFSH juga memutuskan mengucurkan dividen Rp13,05 per saham kepada pemegang saham perseroan berdasarkan laba bersih tahun buku 2024.
Iwan Luison menyampaikan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) 2024 memutuskan pembagian dividen Rp13,05 per saham dengan total sekitar Rp25,1 miliar. Jumlah tersebut sekitar 30% dari laba bersih tahun lalu.
“Kami tetap berkomitmen membagikan dividen kepada pemegang saham,” paparnya.