Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Menguat Terkerek Permintaan BBM AS, Keputusan The Fed Batasi Kenaikan

Harga minyak mentah Brent menguat 0,31% persen ke level US$70,78 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,39% ke US$67,16 per barel.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia menguat tipis pada Rabu (19/3/2025) setelah data pemerintah AS menunjukkan penurunan stok bahan bakar, namun langkah Federal Reserve mempertahankan suku bunga membatasi penguatan lebih lanjut.

Melansir Reuters, Kamis (20/3/2025), kontrak minyak berjangka Brent naik 22 sen atau 0,31% persen ke level US$70,78 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 26 sen atau 0,39% ke US$67,16 per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS bertambah 1,7 juta barel menjadi 437 juta barel pekan lalu, jauh melebihi ekspektasi analis sebesar 512.000 barel.

Namun, stok distilat—yang mencakup solar dan minyak pemanas—justru turun drastis sebanyak 2,8 juta barel menjadi 114,8 juta barel, jauh melampaui perkiraan penurunan 300.000 barel.

“Laporan EIA menunjukkan penurunan persediaan minyak secara keseluruhan, yang menjadi sentimen positif bagi pasar,” ujar Chief Investment Officer Bison Interests Josh Young.

Di Timur Tengah, ketegangan kembali meningkat setelah militer Israel melanjutkan operasi darat di Gaza. Serangan udara sehari sebelumnya menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, menurut tenaga medis setempat.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menegaskan akan melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman dan memperingatkan Iran bahwa Washington akan bertindak jika kelompok tersebut terus mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah.

“Para pedagang kini kembali mencermati risiko geopolitik setelah Israel dan AS meningkatkan agresi di Gaza dan Yaman,” kata analis energi Center for Strategic and International Studies Clay Seigle.

Sementara itu, The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% seperti yang diantisipasi pasar. Namun, para pejabat bank sentral mengindikasikan kemungkinan pemangkasan 0,5% pada akhir tahun ini seiring perlambatan ekonomi dan inflasi yang semakin melemah.

Di sisi lain, kebijakan tarif yang diberlakukan AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang dapat menekan permintaan energi global.

Investor juga mencermati perkembangan negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Moskow menyetujui usulan Trump untuk menghentikan sementara serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina, langkah yang dinilai dapat membuka jalan bagi minyak Rusia kembali ke pasar global.

Namun, prospek perdamaian masih belum jelas. Hanya beberapa jam setelah kesepakatan diumumkan, Rusia dan Ukraina kembali saling menuduh melanggar perjanjian. Meskipun demikian, pertukaran tahanan tetap berlangsung sesuai rencana.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper