Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Mata Uang Asia Hari Ini, Rupiah Memerah Bersama Yen dan Won

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.428 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025).
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah bersama dengan yen Jepang dan won Korea Selatan pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025), di tengah penurunan indeks dolar AS. 

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS terpantau turun 0,09% ke posisi 103,32 pada hari ini hingga pukul 16.00 WIB.

Pada saat yang sama, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,13% atau 22 poin ke level Rp16.428 per dolar AS.

Sama seperti rupiah, mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang, misalnya, melemah 0,46%, dolar Singapura melemah 0,01%, won Korea Selatan melemah 0,33%, ringgit Malaysia melemah 0,09%, serta baht Thailand melemah 0,02%.

Adapun, sejumlah mata yang di Asia lainnya menguat. Dolar Taiwan misalnya menguat 0,13%, rupee India menguat 0,23%, serta yuan China melemah 0,01% per dolar AS.

Nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS

Mata Uang

Kinerja 1 Hari

Kinerja YtD

Baht Thailand

0,024%

2,272%

Dolar Taiwan

0,133%

-0,552%

Won Korea Selatan

-0,332%

2,060%

Dolar Singapura

-0,15%

2,653%

Peso Filipina

0,00%

1,187%

Ringgit Malaysia

-0,085%

0,558%

Yen Jepang

-0,361%

4,975%

Rupiah Indonesia

-0,134%

-1,802%

Rupee India

0,276%

-1,096%

Dolar Hong Kong

0,004%

-0,009%

Renmimbi China

0,026%

1,038%

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini. 

Dari luar negeri, terdapat perkembangan geopolitik, di mana Israel melancarkan serangan terhadap target Hamas di Gaza setelah pembicaraan tentang gencatan senjata gagal. Serangan tersebut telah menandai pembaruan ketegangan di Timur Tengah. 

Kemudian, ketidakpastian masih menyelimuti rencana kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Target tarif perdagangan AS utamanya Eropa, China, Kanada, dan Meksiko telah mengumumkan serangkaian tindakan pembalasan. 

Lalu, terdapat sentimen dari FOMC Meeting The Fed, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Namun, bank sentral diperkirakan akan mengurangi pandangan agresifnya dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang meningkat. 

Dari dalam negeri, ekonom menilai laporan APBN KiTa Februari 2025 menunjukkan indikasi pelemahan fiskal yang perlu segera diantisipasi. Defisit fiskal telah mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB dalam dua bulan pertama tahun ini.

Jika tidak ada langkah korektif yang tegas, bukan tidak mungkin defisit bisa melebar hingga melebihi batas aman di akhir tahun.

Daya beli masyarakat juga dinilai patut dicermati. Inflasi pangan dan energi yang masih bertahan di atas 4% berpotensi menekan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor terbesar terhadap PDB. 

Jika daya beli masyarakat terus melemah, maka sektor ritel, UMKM, hingga industri manufaktur akan terdampak signifikan. Ini bisa menjadi awal dari perlambatan ekonomi yang lebih dalam.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper