Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke posisi Rp16.428 pada perdagangan Selasa (18/3/2025). Pada saat bersamaan, dolar AS terpantau mengalami penguatan.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah dengan penurunan 0,13% ke level Rp16.428 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,09% menuju 103,46.
Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia juga melemah. Yen Jepang turun sebesar 0,44% bersama won Korea sebesar 0,33%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan baht Thailand juga menguat dengan persentase masing-masing sebesar 0,09% dan 0,03% per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa indeks dolar AS menguat di tengah ketidakpastian global yang meningkat, terutama akibat konflik di Timur Tengah dan kebijakan tarif dagang AS.
Menurutnya, eskalasi konflik antara Israel dan Hamas menjadi pemicu volatilitas di pasar keuangan. Israel melancarkan serangan terhadap target Hamas di Gaza setelah kegagalan pembicaraan gencatan senjata.
"Serangan ini menewaskan lebih dari 200 orang, termasuk pejabat senior Hamas, dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (18/3/2025).
Selain faktor geopolitik, kekhawatiran atas rencana tarif dagang AS juga memperburuk sentimen pasar. Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan menerapkan tarif baru terhadap Eropa, China, Kanada, dan Meksiko mulai 2 April mendatang, yang dapat memicu perang dagang dan meningkatkan risiko resesi AS.
"Investor kini menantikan pertemuan The Fed, yang kemungkinan besar tidak akan mengubah suku bunga, tetapi bisa memberikan sinyal arah kebijakan ke depan," kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Februari 2025 menunjukkan adanya indikasi pelemahan fiskal yang perlu diwaspadai. Defisit fiskal mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB dalam dua bulan pertama tahun ini.
Ibrahim menyatakan bahwa penurunan penerimaan pajak sebesar 30,19% YoY menjadi alarm bagi pemerintah. Jika tidak ada langkah korektif yang tegas, defisit bisa melebar hingga melebihi batas aman di akhir tahun.
Menurut data Kementerian Keuangan, realisasi pendapatan negara hingga Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun atau 10,5% dari target APBN. Penerimaan perpajakan mencapai Rp240,4 triliun atau 9,7% dari target, sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp76,4 triliun atau 14,9% dari target.
"Anjloknya penerimaan pajak bukan hanya karena ekonomi yang lesu, tetapi juga akibat kendala administrasi, termasuk kegagalan sistem Coretax yang menghambat pemungutan pajak," ucapnya.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp16.390 - Rp16.430 per dolar AS pada perdagangan besok, Rabu (19/3/2025).