Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Menguat usai China Siapkan Stimulus Dorong Konsumsi

Harga minyak mentah Brent menguat 1% ke level US$71,32 per barel, sedangkan minyak WTI menguat 1,1% ke posisi US$67,92 per barel.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat setelah China mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan konsumsi domestik dengan mendorong pertumbuhan pendapatan.

Melansir Bloomberg, Senin (17/3/2025), harga minyak mentah Brent untuk kontrak Mei 2025 menguat 1% ke level US$71,32 per barel pada pukul 08.25 waktu Singapura.

Adapun minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2025 menguat 1,1% ke posisi US$67,92 per barel.

Selain meningkatkan konsumsi domestik, China juga berencana merinci kebijakan guna menstabilkan pasar saham dan properti, meningkatkan upah pekerja, serta mendorong tingkat kelahiran, sebagaimana dilaporkan kantor berita Xinhua.

Namun, tekanan terhadap harga minyak masih kuat. Sejak mencapai puncaknya tahun ini pada Januari, harga minyak mentah telah merosot lebih dari US$10 per barel.

Sentimen pasar terpengaruh oleh eskalasi perang dagang antara Presiden AS Donald Trump dan China, keputusan OPEC+ untuk menambah pasokan, serta potensi berakhirnya perang di Ukraina.

Trump dijadwalkan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini sebagai bagian dari upaya diplomatik AS untuk menengahi konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut.

Kondisi ekonomi global yang tidak menentu mendorong Goldman Sachs untuk menurunkan perkiraan harga minyak Brent. Dalam laporan yang dirilis Minggu, analis Daan Struyven dan timnya mengungkapkan bahwa pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, karena kebijakan tarif yang menghambat ekspansi ekonomi dunia.

"Penurunan harga $10 per barel sejak pertengahan Januari lebih besar dari ekspektasi kami, sehingga kami merevisi proyeksi harga Brent untuk Desember 2025 menjadi $71, turun $5," tulis laporan tersebut.

Dalam jangka menengah, analis Goldman Sachs menilai risiko tetap cenderung turun, terutama karena potensi kenaikan tarif lebih lanjut serta langkah OPEC+ yang diperkirakan memperpanjang peningkatan produksi.

Di tengah dinamika pasar minyak, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga meningkat. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan bahwa serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman akan terus berlanjut tanpa henti hingga kelompok itu menghentikan serangan terhadap kapal sipil dan militer di Laut Merah.

Pernyataan ini datang sehari setelah Presiden Trump memerintahkan serangan udara terhadap posisi Houthi yang didukung Iran di Yaman.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper