Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada perdagangan Senin (10/3/2025) di tengah meningkatnya kekhawatiran akan dampak perang dagang serta potensi penutupan pemerintahan federal, yang semakin memperburuk prospek ekonomi.
Melansir Reuters, Selasa (11/3/2025), indeks Dow Jones ditutup melemah 890,01 poin (2,08%) ke level 41.911,71, indeks S&P 500 turun 155,64 poin (2,70%) ke 5.614,56, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 727,90 poin (4,00%) ke 17.468,32.
Aksi jual besar-besaran yang terjadi pekan lalu kembali berlanjut dengan intensitas lebih tinggi. Tiga indeks utama Wall Street mengalami penurunan signifikan, dengan Nasdaq mencatat kejatuhan harian terbesar sejak September 2022.
Indeks S&P 500 kini telah melemah 8,6% dari rekor tertingginya bulan lalu. Nasdaq, yang telah tergelincir lebih dari 10% dari puncaknya pada Desember, secara teknis memasuki fase koreksi.
Tekanan tambahan datang dari pelemahan yen Jepang dan lonjakan imbal hasil obligasi, yang memicu pelepasan posisi carry trade dan berdampak besar pada saham-saham teknologi, termasuk kelompok saham-saham raksasa teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dikenal sebagai "Magnificent 7".
Chairman Great Hill Capital Thomas Hayes mengatakan fokus utama saat ini bukan hanya pada kebijakan tarif perdagangan, tetapi juga pada imbal hasil obligasi pemerintah Jepang.
Baca Juga
"Dana besar yang sebelumnya mengalir ke saham teknologi kini keluar dengan cepat,” ungkap Hayes.
Ketidakpastian politik di AS juga memperparah sentimen, dengan Kongres berpacu dengan waktu untuk mengesahkan anggaran guna menghindari shutdown pemerintahan.
Sementara itu, China mulai memberlakukan tarif balasan atas beberapa impor AS, dan AS dijadwalkan mengenakan tarif baru pada logam dasar pekan ini.
Indeks volatilitas CBOE, yang mencerminkan tingkat ketakutan investor, melonjak ke level tertinggi sejak Agustus 2024. Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul, dengan penurunan 4,4%.
Di antara saham yang melemah, Tesla anjlok 15,4% yang menjadi penurunan harian terbesar sejak 2020 di tengah kontroversi politik yang melibatkan CEO Elon Musk.
Coinbase dan MicroStrategy masing-masing jatuh lebih dari 16% seiring pelemahan harga Bitcoin.