Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus OJK Dongkrak Kualitas IPO saat Pasar Saham Lesu

OJK menyiapkan sejumlah strategi guna mendongkrak kualitas IPO pada tahun ini di tengah kondisi pasar saham yang sedang lesu.
BEI, OJK, dan perwakilan konglomerat, pengusaha hingga pelaku pasar modal ini dilakukan untuk membahas anjloknya IHSG./Bisnis/Himawan L Nugraha
BEI, OJK, dan perwakilan konglomerat, pengusaha hingga pelaku pasar modal ini dilakukan untuk membahas anjloknya IHSG./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ancang-ancang sejumlah langkah guna mendongkrak kualitas penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) pada tahun ini di tengah pasar saham yang sedang lesu.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan upaya peningkatan kualitas IPO dilakukan dengan pendekatan bersifat komprehensif bersama semua pihak yang terlibat dalam proses penawaran umum atau IPO.

"Ke depan misalnya kami mendorong Bursa Efek Indonesia [BEI] hingga penjamin efek pastikan kredibilitas calon emiten melalui due deligence yang lebih baik," kata Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Selasa (4/3/2025).

OJK pun berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti penjamin emisi agar menerima masukan. "Tentunya banyak masukan-masukan untuk meningkatkan serta pastikan kredibilitas dan sumber dana calon investor," tutur Inarno.

OJK juga menerima masukan dari beberapa pihak untuk meningkatkan porsi kepemilikan saham publik alias free float minimum di calon emiten.

Selain itu, OJK berupaya meningkatkan transparansi emiten dalam hal penggunaan dana. OJK sendiri sedang mengkaji perbaikan ketentuan yang mengatur terkait penggunaan dana. Lalu, terdapat upaya mengkaji mekanisme lock up saham yang lebih efektif ke emiten.

Di sisi lain, OJK mencatat terdapat 97 IPO yang masuk ke dalam pipeline. Nilai penghimpunan dana lewat 97 IPO itu diproyeksikan mencapai Rp14,87 triliun.

Adapun, pada tahun ini, geliat IPO menghadapi tantangan kondisi pasar yang sedang lesu. Berdasarkan data OJK, Indeks harga saham gabungan (IHSG) telah mencatatkan pelemahan 11,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 sampai 28 Februari 2025.

IHSG pun ditutup di level 6.270 pada perdagangan 28 Februari 2025. Level IHSG itu merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021.

Kemudian, pasar saham Indonesia mencatatkan keluarnya dana asing dengan deras dalam dua bulan awal 2025. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp21,9 triliun ytd di pasar saham Indonesia.

Inarno mengatakan memang dalam memutuskan IPO, perusahaan akan mempertimbangkan kondisi pasar. "Timing itu juga penting apakah saat itu appatite investor tinggi atau tidak, itu tergantung kondisi pasar," katanya.

Meski begitu, menurutnya sejauh ini OJK belum melihat adanya penundaan atau pembatalan calon emiten atau perusahaan yang berencana IPO.

Sementara, Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan aksi IPO bukan hanya bicara fundamental, tapi juga bicara terkait momentum. Alhasil, di tengah pasar saham yang lesu, menurutnya aksi IPO tahun ini akan menyusut.

Selain itu, menurut Nicodemus, menilik pipeline yang ada di OJK, aksi IPO masih diwarnai oleh emiten-emiten yang skala kecil dan menengah.

"Perusahaan ini [skala kecil dan menengah] butuh ekspansi. Lalu, perusahaan besar tahan IPO," tutur Nicodemus.

Meski begitu, Nicodemus berharap baik perusahaan skala kecil, menengah, juga besar yang IPO tetap memiliki kualitas baik. "Ini yang penting, bukan hanya kuantitas, tapi kualitas," ujarnya.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menilai tren IPO tahun ini sepertinya masih akan banyak diwarnai tantangan, terutama bagaimana pihak regulator menyaring IPO perusahaan yang berkualitas, seraya memenuhi jumlah target IPO tahunan.

"Dimulai dari menemukan perusahaan dengan valuasi kinerja keuangan yang sehat dan punya potensi pertumbuhan, yang bisa menjamin kestabilan harga," kata Liza.

IPO juga menurut Liza, hendaknya tidak digunakan sebagai exit strategy pemegang saham lama dengan cara mendongkrak valuasi dan kemudian menjual porsi kepemilikannya ke publik. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper