Potensi, Tantangan, dan Rekomendasi Saham Grup Astra
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai prospek saham dan kinerja emiten otomotif pada 2025 menghadapi tantangan dari kebijakan perpajakan yang diperkirakan menekan daya beli masyarakat terhadap kendaraan konvensional.
Selain kebijakan pajak, beberapa sentimen lain akan memengaruhi kinerja emiten otomotif adalah pertumbuhan ekonomi domestik yang berdampak pada daya beli masyarakat, perubahan harga komoditas seperti baja dan nikel yang memengaruhi biaya produksi.
"Selain itu, tren elektrifikasi dan inisiatif ESG [environment, social, governance] memberikan peluang bagi emiten yang beradaptasi dengan baik, terutama di pasar kendaraan listrik," ujar Miftah kepada Bisnis.
Berdasarkan konsensus analis, sebanyak 26 memberikan peringkat beli untuk saham ASII, 6 analis hold, dan 1 analis menyarankan jual. Terbaru, analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry merekomendasikan beli dengan target harga Rp5.900.
Sementara itu, analis Macquarie Ariyanto Jahja menyematkan peringkat outperform dengan target harga Rp5.750 untuk ASII. Selanjutnya, rekomendasi beli diberikan oleh analis Verdhana Sekuritas dan HSBC dengan target harga ASII berturut-turut sebesar Rp6.000 dan Rp6.500 per saham.
Terpisah, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menjelaskan terdapat sejumlah hal yang perlu menjadi perhatian investor untuk kinerja AALI. Hal tersebut seperti jumlah tanaman yang menghasilkan, terutama yang berada di usia produktif 4-5 tahun, dan tanaman yang tergolong tua dengan usia lebih dari 15 tahun.
"Melihat dari tingkat produksi tandan buah segar AALI di bulan November 2024 berdasarkan publikasi dari perusahaan, terlihat mengalami penurunan," kata Fath, Selasa (25/2/2025).
Fath juga menuturkan keadaan ini menunjukkan adanya indikasi jumlah usia tanaman yang produktif terus mengalami penurunan. Penurunan ini akan berimbas pada produksi CPO yang merupakan hasil ekstraksi dari TBS.
"Pasar terlihat masih menunggu mengani rencana ekspansi ke depannya untuk AALI, karena apabila kondisi saat ini masih berlangsung maka produksi berpotensi stagnan atau melanjutkan tren penurunan," ujar Fath.
Dia juga menuturkan keadaan ini akan dapat memberikan sentimen lebih negatif apabila harga CPO juga mengalami koreksi.
Analis Samuel Sekuritas Jason Sebastian dan Jonathan Guyadi dalam risetnya menilai pengembangan suku cadang mobil listrik dapat menghasilkan pertumbuhan di masa depan bagi AUTO.
Namun, terdapat tantangan lain yang dihadapi emiten komponen otomotif, yakni suku bunga acuan yang terus tinggi, daya beli yang lemah, dan depresiasi rupiah yang bisa mengakibatkan permintaan kendaraan secara terus-menerus rendah.
Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa sebanyak 12 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk AUTO. Target harga saham AUTO sendiri berada di level Rp2.795 per lembar dalam 12 bulan ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.