Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terkapar, Investor Asing Lanjutkan Net Sell Capai Rp16,78 Triliun

Aliran dana investor asing yang meninggalkan pasar saham Indonesia lewat aksi jual bersih atau net sell berlanjut hingga total Rp16,78 triliun per hari ini.
Dionisio Damara Tonce,Dwi Nicken Tari,Erta Darwati
Selasa, 25 Februari 2025 | 18:43
Foto multiple exposure seorang karyawan memantau pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Foto multiple exposure seorang karyawan memantau pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran dana investor asing yang meninggalkan pasar saham Indonesia lewat aksi jual bersih atau net sell berlanjut hari ini. Sejumlah analis menilai laporan Morgan Stanley yang menurunkan rating saham Indonesia hingga peluncuran BPI Danantara menjadi penekan IHSG awal pekan ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell senilai Rp1,63 triliun pada perdagangan Selasa (25/2/2025). Nilai itu cenderung lebih sedikit dibandingkan aksi jual kemarin, Senin (25/2/2025), yang mencapai Rp3,47 triliun.

Sejak awal tahun hingga hari ini (year-to-date/ytd), tercatat nilai net sell investor asing di lantai bursa mencapai Rp16,78 triliun.

Dilihat dari komposisi investor di pasar saham, investor asing masih mendominasi transaksi saham di Indonesia sebesar 62% ytd.  Sedangkan sisa 38% ytd merupakan investor lokal.

Dengan porsi itu, aliran modal asing di pasar saham pun langsung memengaruhi gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

IHSG terpantau koreksi 2,41% menjadi 6.587,08 pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (25/2/2025). Sejak awal tahun, IHSG anjlok 6,96%.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menyatakan bahwa pergerakan IHSG saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, di antaranya melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) dan keputusan Morgan Stanley.

“IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor lain, yakni melorotnya bursa AS pada perdagangan dua hari terakhir dan penurunan peringkat pasar saham Indonesia menjadi underweight oleh Morgan Stanley,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/2/2025).

Alih-alih dianggap jadi faktor pemberat IHSG, Adityo memandang kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) justru berpotensi memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam jangka panjang.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menambahkan, secara keseluruhan IHSG saat ini melemah karena menghadapi tekanan jual dari investor asing.

"Menurut saya, Danantara Indonesia sebagai superholding BUMN baru memang menjadi sorotan pasar. Namun, penurunan tajam IHSG juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain," katanya.

Dia menjelaskan bahwa beberapa tekanan terhadap IHSG di antaranya karena arus keluar modal asing (net sell) yang tinggi, terutama sejak awal Februari 2025. 

Keluarnya investor asing dari Indonesia salah satunya juga didorong oleh keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia ke underweight. Penilaian itu pun membuat selera investor asing untuk masuk menjadi hambar.

Dari dalam negeri, sepertinya peluncuran Danantara oleh pemerintah belum cukup kuat untuk menarik minat investor asing maupun menggerakkan pasar.

"Meskipun Danantara menjadi faktor baru yang memengaruhi pasar, tekanan jual yang terjadi tampaknya lebih disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut," ujarnya.

Adapun, Morgan Stanley telah memangkas peringkat saham MSCI Indonesia dari equal weight menjadi underweight. Seiring hal itu, acuan dana investasi global tersebut justru menaikkan peringkat indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International) China dari underweight ke equal weight.

“Tren return on equity kini lebih menguntungkan China, terutama karena upaya perbaikan sektor-sektor dengan bobot besar dalam indeks, sementara Indonesia menghadapi hambatan pertumbuhan,” tulis Equity Strategist Morgan Stanley Jonathan Garner dalam risetnya yang dirilis pada 19 Februari 2025.

Jonathan menargetkan Indeks Hang Seng untuk Desember 2025 berada di angka 24.000 atau naik 4% dari posisi saat ini, sementara target MSCI China menjadi 77 atau naik 4%. Target MSCI Emerging Markets kini menjadi 1.200 atau meningkat 5%.

Menurut Jonathan, revisi peringkat MSCI China didorong oleh sentimen positif investor terhadap sektor e-commerce dan internet. Morgan Stanley juga meningkatkan asumsi valuation multiple MSCI China menjadi 11,6 kali, sebelumnya 10,0 kali.

“Di sisi lain, ROE Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik,” pungkasnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper