Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia dibuka menguat pada Kamis (6/2/2025) menyusul tren serupa di Wall Street dalam pekan yang dibayangi oleh sentimen tarif, lesunya pendapatan perusahaan teknologi, dan data ekonomi AS yang tidak merata.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang terpantau naik 0,16% ke level 2.749,77 sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,72% ke level 2.527,32. Selanjutnya, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,25% ke level 20.647,83.
Sementara itu, bursa China dibuka menguat setelah indeks komposit Shanghai naik 0,11% ke level 3.232,99. Adapun, indeks S&P ASX 200 Australia menguat 1,08% ke level 8.507,80.
Perhatian investor pada pasar Asia akan tertuju pada kumpulan data yang akan dirilis. Hal tersebut mencakup angka neraca perdagangan untuk Australia, dan inflasi untuk Vietnam dan Thailand.
Sementara itu, Naoki Tamura dari Bank of Japan juga akan menyampaikan pidatonya pada Kamis malam. Di Eropa, Bank of England diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%.
Di negara lain di Asia, China telah melakukan pembicaraan dengan AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyusul penerapan tarif 10% pada impor China. Dalam sebuah dokumen yang diedarkan, China mengatakan tindakan AS “dilakukan atas dasar tuduhan yang tidak berdasar dan salah.”
Baca Juga
Obligasi pemerintah juga stabil dalam perdagangan Asia setelah menguat pada kurva Rabu. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun sembilan basis poin menjadi 4,42% selama sesi tersebut sementara imbal hasil obligasi dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun tiga basis poin menjadi 4,18% — keduanya merupakan yang terendah sejak pertengahan Desember.
Kenaikan yang stabil untuk saham dan obligasi mencerminkan rasa tenang di seluruh pasar global setelah gejolak di awal minggu ketika Donald Trump mulai memberlakukan elemen-elemen rencana tarifnya. Sekarang, fokus beralih ke angka pekerjaan AS hari Jumat dan dampaknya pada kebijakan Federal Reserve.
"Volatilitas telah menjadi cerita minggu ini, dengan pasar saham mencoba menemukan pijakannya saat menavigasi lanskap tarif yang berubah dan pendapatan yang beragam," kata Daniel Skelly, kepala Tim Riset & Strategi Pasar Manajemen Kekayaan Morgan Stanley.
Imbal hasil yang lebih rendah membebani dolar. Indeks kekuatan dolar AS turun 0,2% pada hari Rabu ke level terendah dalam seminggu.
Kurs yen stabil setelah menguat terhadap dolar pada sesi sebelumnya di tengah tanda-tanda mata uang Jepang menghadapi permintaan baru dari dana lindung nilai di tengah perdagangan yang bergejolak di pasar mata uang.
Pergerakan di AS semalam merupakan hasil dari data yang menunjukkan permintaan layanan yang lebih lemah dari yang diharapkan.
Perlambatan tersebut menunjukkan aktivitas mungkin melambat dalam beberapa bulan mendatang karena beberapa warga Amerika mengencangkan ikat pinggang mereka dengan latar belakang biaya hidup yang tinggi.