Bisnis.com, JAKARTA — Emiten milik Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) angkat bicara soal kredit sindikasi yang tengah dijajaki usaha patungan (JV) anak usaha perseroan dengan Glencore Plc. yaitu Aster Chemicals & Energy sebesar US$1 miliar.
Melansir laporan Bloomberg, salah satu sumber yang mengetahui transaksi itu menuturkan DBS Bank Ltd. dan Oversea-Chinese Banking Corp. akan bertindak sebagai pengatur fasilitas pinjaman dengan tenor rata-rata 6,3 tahun.
Aster Chemicals & Energy selaku entitas dari usaha patungan CAPGC Pte. Ltd, mayoritas 80% dipegang Chandra Asri Group dan minoritas 20% dipegang Glencore, disebut bakal menjadi peminjam utama dalam fasilitas tersebut.
Head of Corporate Communications TPIA Chrysanthi Tarigan mengatakan penjajakan pinjaman itu dilakukan untuk persiapan investasi lebih lanjut selepas perseroan menyelesaikan akuisisi kilang minyak milik Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP).
“Langkah ini sejalan dengan persiapan kami untuk berinvestasi dalam belanja modal untuk rejuvenasi dan transisi setelah penyelesaian [akuisisi],” kata Chrysanthi saat dikonfirmasi Bisnis, Senin (3/2/2025).
Adapun, pinjaman untuk Aster Chemicals & Energy juga dikabarkan memiliki margin bunga 188 basis poin di atas secured overnight financing rate (SOFR). Adapun, dana yang diperoleh akan digunakan untuk keperluan korporasi secara umum.
Chrysanthi mengatakan perseroannya saat ini tengah mengevaluasi opsi keuangan strategis untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
“Untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, mendorong inovasi, dan memastikan nilai berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan di Aster Chemicals and Energy,” kata dia.
Untuk diketahui, CAPGC saat ini sedang dalam proses akuisisi bisnis kilang Shell di Singapura. Kesepakatan jual beli itu telah berlangsung sejak Mei 2024.
CAPGC sepakat untuk mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP), yang terdiri atas kilang minyak dengan kapasitas pemrosesan mencapai 237.000 barel per hari, serta ethylene cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom dan aset kimia hilir di Pulau Jurong.
Sebelumnya, TPIA memperkirakan transaksi akuisisi aset kilang minyak dan kimia milik SECP di Pulau Bukom dan Pulau Jurong, Singapura rampung awal 2025.
Saat ini, TPIA masih menantikan proses legal yang dikerjakan otoritas Singapura ihwal akuisisi aset SECP tersebut.
Berdasarkan hitung-hitungan manajemen, akuisisi aset SECP itu bakal mengerek pertumbuhan pendapatan TPIA sekitar 5 kali lipat pada rentang 2025 sampai dengan 2026 mendatang.
Di sisi lain, kapasitas output dari kilang minyak dan petrokimia TPIA diproyeksikan naik dua kali lipat dari level 4,23 juta ton pada tahun ini menjadi 8,5 juta ton pada 2025, setelah akuisisi SECP masuk ke dalam pencatatan keuangan TPIA.
Kontribusi signifikan berasal dari kilang minyak dengan peningkatan produksi bitumen 1.430 KT, gasoil 2.969 KT, gasoline naik 1.639 KT bahan bakar naik 1.727 KT dan lain lainnya 735 KT.
Berdasarkan Laporan Keuangan per 30 September 2024, TPIA mencatat akun kerugian makin lebar ke angka US$59,9 juta atau sekitar Rp940,14 miliar (asumsi kurs Rp15.695 per dolar AS).
Posisi rugi itu makin dalam dari pencatatan periode yang sama tahun sebelumnya di level US$21,38 juta atau sekitar Rp335,55 miliar.
Sedangkan pendapatan tercatat sebesar US$1,23 miliar, terkoreksi 25,9% dari posisi pencatatan periode yang sama tahun sebelumnya di level US$1,66 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.