Bisnis.com, JAKARTA – Usaha patungan milik raksasa tambang dunia Glencore plc dengan emiten Prajogo Pangestu, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dikabarkan tengah membidik pinjaman sindikasi berkelanjutan atau kredit hijau senilai US$1 miliar.
Melansir laporan Bloomberg, salah satu sumber yang mengetahui transaksi itu menuturkan DBS Bank Ltd. dan Oversea-Chinese Banking Corp. akan bertindak sebagai pengatur fasilitas pinjaman dengan tenor rata-rata 6,3 tahun.
Aster Chemicals & Energy selaku entitas dari usaha patungan CAPGC, yang mayoritas dimiliki oleh Chandra Asri Group dan minoritas oleh Glencore, disebut bakal menjadi peminjam utama dalam fasilitas tersebut.
“Aster Chemicals & Energy, entitas baru dalam usaha patungan yang bernama CAPGC merupakan peminjam,” ujar sumber Bloomberg dikutip Kamis (30/1/2025).
Pinjaman untuk Aster Chemicals & Energy juga dikabarkan memiliki margin bunga 188 basis poin di atas secured overnight financing rate (SOFR). Adapun, dana yang diperoleh akan digunakan untuk keperluan korporasi secara umum.
Terkait kabar ini, Bloomberg menyatakan bahwa Glencore menolak untuk memberikan komentar. Sementara itu, manajemen Chandra Asri disebut belum menanggapi permintaan atas pertanyaan perihal rumor yang beredar.
Untuk diketahui, CAPGC saat ini sedang dalam proses akuisisi bisnis kilang Shell di Singapura. Kesepakatan jual beli itu telah berlangsung sejak Mei 2024.
CAPGC sepakat untuk mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP), yang terdiri atas kilang minyak dengan kapasitas pemrosesan mencapai 237.000 barel per hari, serta ethylene cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun di Pulau Bukom dan aset kimia hilir di Pulau Jurong.
Dalam pemberitaan Bisnis.com, Presiden Direktur dan CEO Chandra Asri Group Erwin Ciputra mengatakan akuisisi ini merupakan strategi perseroan untuk menjadi pemain kimia dan infrastruktur terkemuka di Asia Tenggara.
“Kami senang dapat bermitra dengan Glencore, dan dengan penuh semangat menyambut talenta SECP untuk memperkaya kemampuan bersama kami, sebagai hasil akhir yang positif dari proses lelang yang sangat kompetitif,” kata Erwin.
Dari lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), saham TPIA ditutup melemah 0,36% ke level Rp7.000 per saham pada Kamis (30/1/2025). Banderol ini mencerminkan penurunan sebesar 6,67% dalam satu bulan terakhir dan merosot 20,68% selama 3 bulan.