Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Melesat di Tengah Risiko Kebijakan Donald Trump

Harga emas di pasar spot tercatat naik 1,3% ke US$2.742,48 per troy ounce, level tertinggi sejak 6 November 2024.
Tumpukan emas batangan di Inggris. / Bloomberg-Chris Ratcliffe
Tumpukan emas batangan di Inggris. / Bloomberg-Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua bulan pada Selasa (21/1/2025), didukung pelemahan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi tarif yang dapat diterapkan oleh Presiden Donald Trump.

Melansir Reuters, Rabu (22/1/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 1,3% ke US$2.742,48 per troy ounce, level tertinggi sejak 6 November 2024 dan mendekati rekor tertinggi US$2.790,15 yang dicapai pada Oktober.

Sementara itu, harga emas berjangka Comex AS ditutup menguat 0,4% ke level US$2.759,20 per troy ounce.

Harga emas menguat menyusul pelemahan dolar AS yang bertahan di dekat level terendah dua pekan, membuat harga emas menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain.

"Pergerakan harga hari ini sangat dipengaruhi oleh ancaman tarif menyeluruh dari AS setelah pelantikan Trump. Informasi terkait tarif ini sejauh ini masih sangat terbatas," kata analis komoditas TD Securities Daniel Ghali, seperti dikutip Reuters.

Trump belum memberikan rincian konkret mengenai tarif universal atau biaya tambahan untuk mitra dagang utama, yang menjadi janji utama kampanyenya.

Namun, ia memberi sinyal tengah mempertimbangkan tarif hingga 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari dengan alasan persoalan fentanyl dan imigrasi ilegal.

Pada periode pertama kepemimpinan Trump di 2017, harga emas mencatatkan kenaikan tahunan 13%, kinerja terbaik dalam tujuh tahun terakhir. Emas dipandang sebagai investasi aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Namun, kebijakan Trump yang diperkirakan dapat memicu inflasi bisa mendorong Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama untuk menekan tekanan harga.

Wakil presiden dan analis logam senior Zaner Metals Peter Grant mengatakan suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas,.

"Pasar kemungkinan juga menantikan pertemuan FOMC minggu depan dan data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), terutama angka inflasi," tambahnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper