Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pangkas Suku Bunga, Mampu Tekan Lonjakan Yield SUN Tenor 10 Tahun?

Pemangkasan suku bunga yang mengejutkan dari BI pekan ini disebut menambah ketidakpastian di pasar obligasi, terkait dengan pergerakan yield SUN.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono (kiri) dan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pemangkasan suku bunga yang mengejutkan dari Bank Indonesia pekan ini disebut menambah ketidakpastian di pasar obligasi, terkait dengan pergerakan yield surat utang negara (SUN).

Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil atau yield SUN bertenor 10 tahun naik ke level 7,32% sebelum pengumuman keputusan suku bunga atau menyentuh level tertingginya sejak November 2022. Kemudian, yield bergerak turun ke level 7,21% pada hari ini, Kamis (16/1/2025).

Adapun, BI memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir Rabu (16/1/2025). Pemangkasan itu dilakukan kendati sebanyak 38 ekonom yang dikonsensus Bloomberg memperkirakan BI Rate tidak akan berubah.

Global Macro Portfolio Manager Gama Asset Management SA Rejeev De Mello mengatakan langkah BI tersebut sangat berisiko karena akan berdampak pada kenaikan risiko keuangan di Indonesia.

"Dengan ketidakpastian kebijakan dari AS, saat ini bukan waktu yang tepat bagi bank sentral negara berkembang untuk melonggarkan kebijakan moneternya," kata De Mello, dikutip dari Bloomberg pada Kamis (16/1/2025).

Pemangkasan suku bunga ini dilakukan BI setelah terjadi aksi jual asing atau net foreign sell berkepanjangan di pasar SUN. Yield SUN tenor 10 tahun melonjak lebih dari 50 bps sejak Donald Trump memenangkan Pilpres AS pada 6 November 2025. Adapun, lonjakan yield itu menjadi yang tertinggi se-Asia.

Walaupun pemangkasan suku bunga bisa meredakan tekanan terhadap yield SUN untuk jangka pendek, tapi hal itu bisa menekan investor untuk mengukur ulang ekspektasinya terhadap kebijakan bank sentral.

Beberapa analis pun mengingatkan pemangkasan suku bunga berpotensi memicu defisit neraca pembayaran dan akhirnya menambah ketidakpastian.

De Mello memperkirakan yield SUN bertenor 10 tahun tetap bakal melonjak hingga ke rentang 7,75% - 8% walaupun ada pemangkasan suku bunga, terlebih apabila tensi dagang antara AS dan China memanas. 

Memang, keputusan BI untuk memangkas suku bunga tampaknya untuk menahan laju pelemahan rupiah di hadapan greenback. Rupiah sudah terkapar hampir 5% terhadap dolar AS dalam 12 bulan terakhir. Hal itu pula yang membuat pelaku pasar mengira Bank Indonesia akan menahan suku bunga.

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan untuk menurunkan suku bunga konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2025 dan 2026, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.

Ke depan, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi, serta dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga moneter lebih lanjut.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper