Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (15/1/2025), setelah anjlok pada perdagangan sebelumnya seiring dengan ekspektasi gangguan pasokan akibat sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap kapal tanker Rusia memberikan dukungan di tengah perkiraan permintaan bahan bakar global yang lebih rendah.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 2 sen atau 0,01% menjadi US$79,94 per barel setelah turun 1,4% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 12 sen, atau 0,15%, menjadi US$77,62 per barel setelah turun 1,6%.
Harga minyak anjlok pada Selasa (14/1/2025) kemarin setelah Badan Informasi Energi AS memperkirakan minyak akan mengalami tekanan selama dua tahun ke depan karena pasokan akan melebihi permintaan.
Namun, pasar mendapat dukungan pada Rabu (15/1/2025) dari penurunan stok minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API) pada Selasa malam.
Harga minyak juga didukung oleh ekspektasi gangguan pasokan setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada produsen minyak Rusia dan armada tanker bayangannya.
"Harga minyak diperdagangkan lebih kuat pada perdagangan pagi di Asia hari ini setelah angka API menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diharapkan selama minggu lalu," kata Tim analis ING dalam laporannya.
Para analis menambahkan bahwa meskipun persediaan minyak mentah di pusat penyimpanan utama negara itu, Cushing, Oklahoma, meningkat sebesar 600.000 barel, persediaan masih rendah secara historis. Cushing menjadi lokasi pengiriman untuk kontrak berjangka WTI.
API melaporkan stok minyak mentah AS turun 2,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Januari, menurut sumber pasar yang mengutip angka API. Mereka menambahkan bahwa persediaan bensin naik 5,4 juta barel sementara stok sulingan naik 4,88 juta barel.
Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sekitar 1 juta barel dalam pekan hingga 10 Januari, menjelang laporan mendatang dari Badan Informasi Energi (EIA), badan statistik Departemen Energi AS, pada Rabu waktu setempat.
Dalam laporannya, EIA memperkirakan harga Brent akan turun 8% menjadi rata-rata US$74 per barel pada tahun 2025, kemudian turun lebih jauh menjadi US$66 per barel pada tahun 2026, sementara WTI akan mencapai rata-rata $70 pada tahun 2025 dan turun menjadi US$62 tahun depan.
Laporan EIA menyebut, permintaan global diperkirakan mencapai rata-rata 104,1 juta barel per hari pada 2025, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 104,3 juta barel per hari. Jumlah tersebut akan lebih rendah dari perkiraan pasokan untuk produksi minyak dan bahan bakar cair yang mencapai rata-rata 104,4 juta barel per hari pada 2025.