Bisnis.com, JAKARTA — Aksi penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan nilai emisi jumbo mulai marak di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak akhir tahun lalu. Akan tetapi, IPO jumbo tersebut belum mampu mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menjelaskan Bursa melihat terdapat tiga faktor yang menyebabkan IHSG masih bergerak lesu, di tengah suplai IPO jumbo yang mulai bermunculan.
"Pelemahan indeks terjadi di semua Bursa Asia Tenggara, kecuali Amerika Serikat dan China," kata Irvan, Senin (13/1/2025).
Sebagai informasi, berdasarkan data statistik harian BEI per 10 Januari 2025, pergerakan mayoritas indeks saham di Asia Tenggara memang mengalami pelemahan sejak awal tahun.
Strait Times Index STI Singapura misalnya, hanya menguat 0,37% sejak awal tahun 2025 ini. Sementara itu, IHSG tercatat menguat 0,13% sejak awal tahun, lebih kuat dibandingkan dengan empat negara lainnya di Asean.
Adapun indeks saham Asean dengan penurunan terdalam sejak awal tahun ini adalah FTSE Bursa Malaysia KLCI Index yang turun 2,43% sejak awal tahun.
Baca Juga
Irvan melanjutkan, penyebab lain IHSG yang masih lesu juga dikarenakan nilai transaksi yang masih relatif kecil di awal tahun. Irvan menyebut hal ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data statistik BEI, nilai transaksi harian Bursa sejak awal tahun tercatat belum pernah menyentuh angka Rp10 triliun. Nilai transaksi harian tertinggi Bursa dicatatkan pada Selasa, 7 Januari 2025 sebesar Rp9,54 triliun.
"Penyebab lainnya masih wait and see akan kebijakan tarif Donald Trump, yang saat ini masih belum tau arah dan dampak pastinya," tutur Irvan.
Di sisi lain, sejumlah IPO jumbo tercatat menghiasi Bursa sejak akhir tahun lalu. IPO jumbo tersebut mulai dari PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), hingga PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) yang melantai hari ini.
AADI tercatat meraup dana segar sebesar Rp4,3 triliun melalui IPO yang dilakukan pada awal Desember 2024.
Setelah AADI, pengelola jaringan ritel MR. DIY PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) juga mencetak IPO jumbo dengan nilai emisi Rp4,15 triliun.
Selanjutnya, emiten properti kongsi Aguan dan Grup Salim PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) yang melantai hari ini juga mencetak nilai emisi jumbo. CBDK meraih dana segar sebesar Rp2,3 triliun dari IPO ini.
Selain IPO jumbo, salah satu IPO di awal tahun ini, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) juga menjadi salah satu IPO yang cukup menarik perhatian pelaku pasar. RATU merupakan perusahaan energi yang terafiliasi dengan pengusaha Hapsoro Sukmonohadi.
RATU meraih dana segar sebesar Rp624,46 miliar melalui aksi IPO ini.
Sebelumnya, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana meyakini IPO yang berkualitas dapat mendorong kenaikan IHSG tahun ini. Oki menjelaskan saat ini kondisi makro ekonomi Indonesia masih sangat kuat dan tidak memiliki masalah untuk mendorong laju IHSG.
"Tinggal bagaimana kita fokus pada pertumbuhan pasar modal kita. PR kita, tugas kita, bagaimana kita membawa high quality IPO," tuturnya.
Adapun Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG pada akhir tahun 2025 ada pada level 8.150, dengan kisaran 7.140-8.590.
Sejumlah sektor yang disukai Mandiri Sekuritas seperti konsumsi, pangan, properti, telekomunikasi, transportasi, dan retail. Sementara itu, di kuartal II/2025, Mandiri Sekuritas menyukai sektor-sektor seperti perbankan, otomotif, dan retail.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.