Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat pada awal perdagangan Senin (13/1/2025) meskipun data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) pekan lalu berada di atas ekspektasi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,11% atau 2,87 poin ke level US$2.693,63 per troy ounce pada pukul 07.14 WIB. Adapun harga emas berjangka Comex kontrak Februari 2025 menguat 0,3% ke US$2.723,2 per troy ounce.
Harga emas menguat meskipun data tenaga AS yang lebih kuat dari ekspektasi memperkuat asumsi bahwa Federal Reserve kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga secara agresif tahun ini.
Melansir Reuters, harga emas menguat karena ketidakpastian terkait kebijakan pemerintahan Trump yang akan datang meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset aman.
"Pergerakan harga emas mencerminkan minimnya penjual yang benar-benar berkomitmen; sebuah sikap hati-hati yang dipelajari dari kenaikan spektakuler tahun lalu," ujar seorang pedagang logam independen Tai Wong.
Pada perdagangan pekan lalu, harga emas yang sempat melemah usai rilis data tenaga kerja AS langsung mereda dan berbalik menguat.
Baca Juga
Sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat lapangan kerja pada tahun 2024 meningkat sebanyak 2,2 juta, Angka ini lebih lambat dari tahun sebelumnya tetapi masih menjadi tanda ketahanan yang luar biasa yang diperkirakan oleh beberapa pengamat pada awal tahun.
Sementara itu, data lapangan kerja nonfarm payroll naik 1,4% sepanjang tahun dengan rata-rata 186.000 lapangan kerja ditambahkan per bulan. Angka ini meningkat dari tahun sebelum pandemi pada 2019, meskipun turun dari kenaikan bulanan sekitar 250.000 pada 2023.
Data pasar menunjukkan bahwa pelaku pasar kini memperkirakan The Fed hanya akan memangkas suku bunga sebesar 30 basis poin sepanjang tahun ini, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya sebesar 45 basis poin.
"Emas tetap menunjukkan ketangguhannya meski data pekerjaan menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dari perkiraan ... Ketidakpastian menjelang pelantikan presiden AS menjadi salah satu faktor yang terus mendukung harga emas," ungkap David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Dengan pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari yang semakin dekat, investor dilanda kecemasan atas janjinya untuk mengenakan tarif pada berbagai barang impor.
Langkah tersebut dikhawatirkan dapat memicu inflasi dan membatasi ruang gerak The Fed dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Meskipun emas dikenal sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi daya tarik logam mulia ini sebagai aset tanpa imbal hasil.