Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) atau Pizza Hut Indonesia telah ambrol pada tahun lalu. Sementara, pada awal tahun ini, entitas investasi asal Singapura yang berbasis di Cayman Island, Pemberton Asian Opportunities Fund tercatat bergeliat memborong saham PZZA.
Berdasarkan keterbukaan informasi, terbaru Pemberton Asian Opportunities Fund memborong 32 juta lembar saham PZZA pada 3 Januari 2024. Dengan harga transaksi mencapai Rp113 per lembar, maka Pemberton Asian Opportunities Fund merogoh kocek Rp3,61 miliar dalam transaksi tersebut.
"Tujuan transaksi adalah untuk investasi," tulis Manajemen PZZA di keterbukaan informasi pada Senin (6/1/2025).
Akhir tahun lalu, Pemberton Asian Opportunities Fund juga memborong 40 juta lembar saham PZZA, tepatnya pada 12 Desember 2024. Dengan harga transaksi mencapai Rp128 per lembar, maka Pemberton Asian Opportunities Fund merogoh kocek Rp5,12 miliar dalam transaksi tersebut.
Seiring dengan transaksi-transaksi pembelian saham PZZA, porsi kepemilikan saham Pemberton di PZZA kian meningkat. Pada akhir tahun lalu, porsi kepemilikan saham Pemberton di PZZA masih di bawah 5% atau tepatnya 4,96%. Kini, porsi kepemilikan saham Pemberton di PZZA mencapai 8,01%.
Adapun, pemegang saham pengendali PZZA saat ini adalah PT Sriboga Raturaya dengan porsi kepemilikan saham mencapai 64,79%.
Baca Juga
Geliat pembelian saham Pemberton dilakukan saat harga saham PZZA jeblok. PZZA mencatatkan penurunan harga saham 69,46% sepanjang 2024 dan ditutup di level Rp113 pada perdagangan terakhir tahun lalu.
Kinerja keuangan pengelola Pizza Hut ini juga tengah jeblok. PZZA telah membukukan rugi bersih sebesar Rp96,71 miliar per kuartal III/2024, membengkak 148,25% sepanjang tahun berjalan (year on year/yoy) dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp38,95 miliar.
Jumlah gerai di Pizza Hut juga mengalami tren penurunan seiring dengan pembengkakan rugi. Per kuartal III/2024, jumlah gerai Pizza Hut di Indonesia mencapai 595 gerai, berkurang 17 gerai dalam kurun waktu setahun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.