Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan dapat melesat pada 2025 setelah terkoreksi 2,65% sepanjang tahun 2024. Penguatan ini akan didukung oleh kondisi dan kepastian pemerintahan baru.
Direktur Utama Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pihaknya optimistis terhadap penguatan IHSG tahun depan. Hal ini karena kondisi yang sudah stabil dengan adanya pemerintahan baru.
"Lebih istilahnya orang melihat ada satu kepastian ke arah mana nanti akan bergerak," kata William ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (30/12/2024).
William juga memandang optimistis IHSG pada tahun depan dapat menembus all time high (ATH) baru lagi. Sebagaimana diketahui, level ATH IHSG pada tahun 2024 adalah 7.905,39 pada 19 September 2024.
Di sisi lain, dengan era suku bunga yang masih tinggi, menurut William beberapa waktu yang lalu saat IHSG menyentuh level ATH baru, suku bunga juga masih tetap tinggi.
William menyebut sentimen suku bunga tinggi bukan sesuatu yang menjadi penghalang IHSG untuk bergerak tinggi tahun depan.
Baca Juga
"Kita tahu beberapa waktu lalu suku bunga juga tinggi, tetapi tetap IHSG bisa menanjak. Jadi saya rasa itu bukan sesuatu yang menjadi penghalang," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, sepanjang tahun 2024 pasar modal Indonesia mengalami pergerakan yang dinamis dengan pengaruh dari sisi domestik maupun global. Pergerakan IHSG ditutup koreksi sebesar 2,65% secara year-to-date pada level 7.079,90 pada Senin (30/12/2024).
Namun, sepanjang tahun 2024 data perdagangan mulai mengalami kenaikan dibandingkan akhir tahun lalu dengan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) berada pada posisi Rp12,9 triliun.
Data tersebut diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,9 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,13 juta kali transaksi.
Aktivitas perdagangan di sepanjang tahun 2024 juga mencatatkan rekor baru, yaitu rekor kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp13.475 triliun, di samping rekor ATH IHSG di hari yang sama.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.