Bisnis.com, JAKARTA — Sederet emiten sektor transportasi dan logistik (Translog) yang tergabung dalam indeks sektoral IDXTRANS mencatatkan kinerja sektoral paling jeblok pada tahun ini. Di sisi lain, Pergerakan saham emiten-emiten di sektor energi meningkat tajam sepanjang tahun 2024.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTRANS mengalami penguatan tipis 0,19% pada perdagangan Selasa (24/12/2024) ke level 1.278,09. Namun, IDXTRANS telah ambrol 20,19% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), atau sepekan jelang berakhirnya 2024.
Sepanjang 2024, IDXTRANS pun menjadi indeks sektoral yang turun paling dalam. Sektor lainnya seperti teknologi turun 10,33% ytd, finansial turun 4,17% ytd, dan basic materials turun 5,32% ytd.
Sementara, indeks sektoral yang paling berkinerja moncer pada 2024 adalah indeks sektor energi (IDXENERGY), yang melesat 26,16% ytd.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menuturkan pihaknya melihat masih terdapat peluang bagi emiten di sektor energi pada 2025 untuk kembali menumbuhkan kinerja pada 2025.
"Tetapi untuk bisa menjadi pendorong IHSG belum tentu juga, karena sektor lain yang tercatat turun secara year to date 2024 bisa berpotensi pulih," kata Sukarno, Selasa (24/12/2024).
Baca Juga
Selain itu, lanjut Sukarno, sektor batu bara selama ini berkontribusi besar untuk mendorong indeks energi. Sementara itu, dengan proyeksi harga batu bara yang lebih rendah di 2025, bisa mempengaruhi kinerja fundamental perusahaan batu bara.
Sebagaimana diketahui, Indeks sektoral energi menjadi indeks dengan laju terkuat sepanjang 2024, meninggalkan gerak indeks properti da real estat di posisi kedua dengan kenaikan 4,89% sejak awal tahun atau year to date.
Sementara itu, indeks sektoral transportation & logistic menjadi indeks sektoral dengan kinerja paling anjlok sepanjang 2024. Indeks ini telah melemah 20,19 sejak awal tahun.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menilai lesunya saham-saham sektor transportasi dan logistik saat ini terjadi seiring dengan pelemahan permintaan, seperti dari sektor manufaktur. Daya beli masyarakat pun terjadi pelemahan.
"Ini karena kan ekonomi kita juga masih agak menantang," ujarnya beberapa waktu lalu.
Kinerja keuangan sejumlah emiten transportasi dan logistik pun jeblok. Berdasarkan laporan keuangan, kinerja laba SMDR misalnya turun 35,01% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$41,34 juta per kuartal III/2024. Lalu, TMAS mencatatkan penurunan laba 36,04% yoy menjadi Rp404,71 miliar per kuartal III/2024.
Sementara, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan catatan merah saham IDXTRANS tahun ini didominasi emiten perkapalan. "Emiten perkapalan saat ini sedang turun, sehingga wajar jika IDXTRANS masih berada di zona merah," ujarnya beberapa waktu lalu.
Selain itu, lemahnya konsumsi domestik serta daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi tantangan.
Lemahnya kinerja keuangan emiten transportasi dan logistik terjadi juga seiring dengan lesunya industri manufaktur Indonesia. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI pada Oktober 2024 masih berada di level kontraksi yaitu 49,2.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan saham sektor transportasi dan logistik masih belum diakumulasikan oleh investor.
"Terlihat bahwa sementara ini saham transportasi dan logistik belum mendapatkan katalis positif. Selain itu, saham-sahamnya rata-rata tergolong semi liquid. Ini membuat investor lebih tertarik ke sektor-sektor lainnya," pungkasnya.