Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelayaran besutan Tommy Soeharto, PT Humpuss Maritim Internastional Tbk. (HUMI) menjawab pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) ihwal anjloknya harga saham perseroan setelah melantai di bursa pada 9 Agustus 2023 lalu.
Berdasarkan pantauan Bisnis, harga saham HUMI merosot 57,50% dari harga penawaran IPO saat itu di level Rp100 per lembar ke angka saat ini Rp51 per lembar hingga Selasa (24/12/2024).
“Perusahaan menduga saham HUMI saat ini murni diakibatkan karena kondisi market yang ada di pasar saham,” kata Direktur Utama HUMI Tirta Hidayat lewat keterbukaan informasi, dikutip Kamis (26/12/2024).
BEI pun meminta HUMI untuk meningkatkan saham free float atau saham yang beredar di pasar reguler yang dapat diperdagangkan masyarakat. Pemenuhan ketentuan free float itu, kata BEI, sebagai syarat agar HUMI tetap tercatat di papan utama.
Tirta menerangkan perseroan bakal meningkatkan kinerja perseroan untuk dapat menarik perhatian dan menaikkan volume transaksi di pasar saham.
“Meningkatkan frekuensi informasi atau berita baik perusahaan untuk menaikkan motivasi market di pasar saham,” tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, BEI turut meminta penjelasan HUMI terkait dengan pencatatan penurunan kerugian nilai sekitar 4,8% dari total piutang usaha per 30 September 2024.
Padahal, piutang usaha pihak ketiga mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 68,66% atau dari US$13,06 juta per 31 Desember 2023 menjadi US$22,03 juta pada tanggal 30 September 2024.
Tirta menerangkan pencatatan penurunan kerugian nilai sekitar 4,8% itu disebabkan karena piutang masa jatuh tempo 61 hari sampai dengan 90 hari kondisi normal telah sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam kontrak.
Dengan demikian, dia menggarisbawahi, kondisi itu tidak berdampak signifikan terhadap operasional perseroan.
“Perseroan secara grup telah menjalankan proses penagihan secara proaktif dengan cara mempercepat proses penandatangangan TCP,” kata dia.
Mengutip Laporan Keuangan per 30 September 2024, HUMI mencatatkan perunan laba 31,23% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$8,19 juta atau Rp130,07 miliar (asumsi kurs Rp15.874 per dolar AS).
Pendapatan neto HUMI sebenarnya naik 24,05% yoy menjadi US$91,64 juta atau Rp1,45 triliun per kuartal III/2024. Namun, beban pokok pendapatan HUMI membengkak 31,95% yoy menjadi US$70,3 juta atau Rp1,11 triliun.
Beban umum dan administrasi, serta biaya keuangan HUMI pun mengalami pembengkakan. Alhasil, laba sebelum pajak HUMI turun 20,28% yoy menjadi US$9,9 juta atau Rp157,28 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.