Bisnis.com, JAKARTA — Sederet emiten sektor transportasi dan logistik yang tergabung dalam indeks sektoral IDXTRANS mencatatkan kinerja sektoral paling jeblok pada tahun ini. Terdapat sejumlah saham yang menjadi pemberat kinerja IDXTRANS.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTRANS mengalami penguatan tipis 0,63% pada perdagangan kemarin, Senin (23/12/2024) ke level 1.275,62. Namun, IDXTRANS telah ambrol 20,35% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), sepekan jelang berakhirnya 2024.
Sepanjang 2024, IDXTRANS pun menjadi indeks sektoral yang turun paling dalam. Sektor lainnya seperti teknologi turun 8,8% ytd, finansial turun 3,85% ytd, dan basic materials turun 4,49% ytd.
Sementara, indeks sektoral yang paling berkinerja moncer pada 2024 adalah indeks sektor energi, melesat 25,47% ytd.
Adapun, di indeks transportasi dan logistik pada tahun ini terdapat sejumlah saham yang menjadi pemberat atau top laggards. PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI) misalnya jadi top laggards IDXTRANS seiring dengan kinerja harga saham yang anjlok 84% ytd.
Lalu, harga saham PT Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) turun 58% ytd dan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) turun 23,19%. Selain itu, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) turun 12,88% ytd dan PT Temas Tbk (TMAS) turun 12,82% ytd.
Baca Juga
Meski begitu, terdapat sejumlah saham di IDXTRANS yang masih berkinerja moncer dan menjadi pendorong atau top leaders IDXTRANS. PT Pelayaran Nasional Ekalaya Purnamasari Tbk. (ELPI) misalnya naik 25,72% dan PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk. (KLAS) melesat 122,86%.
Sebelumnya, Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menilai lesunya saham-saham sektor transportasi dan logistik saat ini terjadi seiring dengan pelemahan permintaan, seperti dari sektor manufaktur. Daya beli masyarakat pun terjadi pelemahan.
"Ini karena kan ekonomi kita juga masih agak menantang," ujarnya beberapa waktu lalu.
Kinerja keuangan sejumlah emiten transportasi dan logistik pun jeblok. Berdasarkan laporan keuangan, kinerja laba SMDR misalnya turun 35,01% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$41,34 juta per kuartal III/2024. Lalu, TMAS mencatatkan penurunan laba 36,04% yoy menjadi Rp404,71 miliar per kuartal III/2024.
Sementara, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan catatan merah saham IDXTRANS tahun ini didominasi emiten perkapalan. "Emiten perkapalan saat ini sedang turun, sehingga wajar jika IDXTRANS masih berada di zona merah," ujarnya beberapa waktu lalu.
Selain itu, lemahnya konsumsi domestik serta daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi tantangan.
Lemahnya kinerja keuangan emiten transportasi dan logistik terjadi juga seiring dengan lesunya industri manufaktur Indonesia. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI pada Oktober 2024 masih berada di level kontraksi yaitu 49,2.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan saham sektor transportasi dan logistik masih belum diakumulasikan oleh investor. "Terlihat bahwa sementara ini saham transportasi dan logistik belum mendapatkan katalis positif. Selain itu, saham-sahamnya rata-rata tergolong semi liquid. Ini membuat investor lebih tertarik ke sektor-sektor lainnya," ujarnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.