Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kendaraan listrik milik Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) mengungkap sederet tantangan dalam pengembangan kendaraan listrik di pasar Indonesia.
Direktur Utama VKTR Gilarsi W.Setijono mengatakan subsidi bahan bakar solar untuk kendaraan komersial di Indonesia memang cukup signifikan dan dianggap sebagai hal yang normal.
"Namun, kendaraan listrik tidak mendapatkan insentif serupa yang membuatnya menjadi tantangan tersendiri," ujarnya dalam laporan hasil public expose, dikutip Rabu (11/12/2024).
Meski begitu, menurutnya, kendaraan listrik menawarkan keunggulan dalam hal efisiensi biaya dan ekonomi yang jauh lebih baik, selain manfaat dari segi kesehatan dan kenyamanan.
"Akan tetapi kami bersyukur bahwa pemerintah mulai melihat perlunya perubahan dalam subsidi bahan bakar, mengingat saat ini subsidi tersebut tidak selalu tepat sasaran dan membebani fiskal Indonesia, terutama dengan harga bahan bakar minyak yang terus naik," tutur Gilarsi.
Pemerintah pun tengah mempertimbangkan model subsidi alternatif yang dapat menciptakan persaingan yang lebih seimbang antara kendaraan komersial berbahan bakar fosil dan kendaraan listrik.
Tantantangan lainnya dari sisi teknis, yakni keterbatasan infrastruktur, khususnya charging stations. Menurutnya, masyarakat masih enggan mengadopsi kendaraan listrik karena keterbatasan fasilitas tersebut.
Dia berharap, pemerintah melalui BUMN atau pihak lain, dapat berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan infrastruktur charging stations.
Adapun, sampai kuartal III/2024, VKTR telah mencatatkan penjualan sebesar Rp645,80 miliar, turun 27,52% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode sama tahun 2023 sebesar Rp890,99 miliar.
Secara terperinci berdasarkan segmen, penjualan VKTR ditopang oleh perdagangan komponen suku cadang dan besi bekas pihak ketiga yang berkontribusi sebesar Rp608,85 miliar, diikuti penjualan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai pihak ketiga Rp38,98 miliar. Penjualan itu dikurangi biaya eliminasi retur dan diskon penjualan Rp2,02 miliar.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk VKTR pun kemudian turun 45,93% YoY menjadi Rp10,55 miliar hingga 30 September 2024 dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp19,51 miliar.