Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Semester I/2025 Anjlok 68%, Bos VKTR Ungkap Penyebabnya

PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) membukukan penyusutan laba bersih meski penjualannya meningkat pada semester I/2025.
Jajaran Komisaris dan Direksi PT VKTR Teknologi  Mobilitas Tbk. (VKTR) (Bisnis/ Rizqi Rajendra)
Jajaran Komisaris dan Direksi PT VKTR Teknologi  Mobilitas Tbk. (VKTR) (Bisnis/ Rizqi Rajendra)

Bisnis.com, JAKARTA —Emiten kendaraan listrik Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) membukukan penyusutan laba bersih meski penjualannya meningkat pada semester I/2025. 

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, penjualan neto VKTR tercatat sebesar Rp414,03 miliar pada paruh pertama tahun ini. Realisasi itu naik 1,23% dari penjualan bersih Rp408,99 miliar pada semester I/2024. 

Pada saat yang sama, VKTR membukukan beban pokok penjualan Rp334,9 miliar, beban usaha Rp78,32 miliar, dan beban keuangan Rp5,44 miliar. 

Di sisi bottom line, laba neto yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk VKTR turun signifikan sebesar 68,68% year-on-year (YoY) dari Rp15,11 miliar menjadi Rp4,73 miliar.

Berdasarkan data perseroan, pertumbuhan pendapatan itu terjadi meskipun penjualan otomotif nasional masih belum membaik. Sementara itu, penyusutan laba bersih utamanya disebabkan oleh penjualan kendaraan listrik yang masih terbatas pada paruh pertama tahun ini.

Manajemen VKTR menyampaikan sebagian besar pengiriman unit Kendaraan listrik dijadwalkan terjadi pada semester II/2025.

“Kami percaya bahwa penguatan kehadiran perseroan di sektor KLBB Indonesia bukan hanya langkah bisnis, tetapi juga bagian dari komitmen kami untuk menghadirkan solusi berkelanjutan,” ujar Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono dalam keterangan resmi, Rabu (30/7/2025). 

Menurut Gilarsi, dengan tetap agile dan responsif terhadap perubahan, VKTR siap tumbuh bersama pasar yang terus berkembang, seiring dengan arah diversifikasi produk di masa depan.

Lebih lanjut, VKTR mencatat pertumbuhan pendapatan segmen manufaktur suku cadang sebesar 4% YoY pada semester I/2025. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan permintaan dari pelanggan utama di segmen kendaraan komersial. 

Pada paruh pertama tahun 2025, VKTR menerima purchase order (PO) 10 unit transporter dari penyedia jasa transportasi travel di daerah Jawa Barat. Selain itu, VKTR juga tengah mengerjakan proses perakitan completely knocked down (CKD) 80 unit bus listrik untuk Transjakarta pada Januari—Juni 2025 berdasarkan pemesanan yang telah diterima pada kuartal II/2025. 

Jumlah tersebut merupakan penambahan dari 72 unit bus listrik lainnya yang telah beroperasi untuk Transjakarta.

Pada perkembangan lain, VKTR juga mendapatkan dukungan dari Mandiri Tunas Finance (MTF) untuk menyediakan fasilitas pembiayaan bagi konsumen VKTR melalui VKTR dan dealer-dealer resminya. Langkah ini merupakan bentuk komitmen VKTR dan MTF untuk memperluas jangkauan pasar dan mendorong percepatan adopsi kendaraan rendah emisi di Indonesia.

Gilarsi menyampaikan perseroan akan tetap fokus pada strategi pertumbuhan berkelanjutan pada 2025. Salah satu prioritas utama VKTR adalah memperluas penetrasi pasar melalui penguatan aktivitas penjualan dan pemasaran, termasuk pelaksanaan uji coba unit kepada lebih banyak calon pelanggan strategis. 

“Tahun ini, VKTR juga fokus menggarap pesanan yang masuk sejak awal tahun, yang dijadwalkan mulai terealisasi di paruh kedua 2025.”

Perseroan juga berfokus pada optimalisasi operasional untuk memastikan efisiensi produksi serta mendorong peningkatan jumlah kendaraan listrik komersial yang dirakit secara lokal dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi.

Hingga 30 Juni 2025, total aset VKTR tumbuh 11,4% YoY menjadi Rp1,79 triliun dari Rp1,6 triliun per 31 Desember 2024. Kenaikan aset perseroan terutama karena adanya penambahan aset tetap seiring dengan selesainya pembangunan pabrik di Magelang yang diharapkan dapat memperkuat kapasitas produksi kendaraan listrik dan peningkatan uang muka seiring dengan masuknya pesanan dalam jumlah besar dari konsumen utama. 

Sejalan dengan ekspansi ini, total liabilitas naik 38,4% YoY menjadi Rp627 miliar dari Rp453 miliar, disebabkan oleh kenaikan utang jangka pendek untuk mendukung modal kerja perusahaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro