Bisnis.com, JAKARTA — Panin Asset Management memproyeksikan pasar reksa dana bakal cerah memasuki 2025 seiring dengan terbuka lebarnya penurunan suku bunga The Fed di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan bahwa adanya peluang penurunan suku bunga yang cukup besar di era Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
"Menurut saya, peluang penurunan suku bunga di Desember ini sudah mendekati 99%. Jadi suku bunga Amerika saya cukup yakin akan turun," katanya dalam Webinar Panin Asset Management, Selasa (10/12/2024).
Dia menjelaskan bahwa meski inflasi AS meningkat, tetapi di sisi lain pengangguran juga ikut meningkat. Menurutnya apabila pengangguran meningkat mendekati 5%, maka itu akan memperkuat peluang penurunan suku bunga.
"Pandangan bahwa inflasi Amerika akan tinggi di era Trump, saya kurang begitu sependapat. Kenapa? karena saya melihat bahwa Donald Trump itu punya program besar untuk memotong defisit di Amerika Serikat," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Donald Trump telah berkomitmen ke depan untuk menurunkan atau membuang banyak aturan, yang sebelumnya diterapkan di AS.
Baca Juga
Trump mengangkat CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk dan mantan kandidat presiden dari Partai Republik Vivek Ramaswamy untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, yang akan menjalankan tugas untuk melakukan efisiensi pada pengeluaran pemerintah.
"Jadi dia akan cut [potong] banyak hal yang semuanya inefisiensi. Dia juga akan menurunkan tarif energi dan tarif listrik," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa yang menyebabkan inflasi tinggi di AS adalah tingginya harga listrik dan harga bensin, karena pemerintahan yang sebelumnya pro-energi bersih.
"Jadi listrik yang energinya bukan dari terbarukan, tapi dari minyak batu bara maka kena pajak, terkena aturan yang cukup banyak," ucapnya.
Dia menjelaskan apabila Trump memangkas aturan tersebut dan melakukan efisiensi, maka tren yang akan terjadi adalah inflasi rendah dan suku bunga rendah.
"Jadi kalau orang melihat Trump akan membuat inflasi, tapi dalam perjalanan saya melihat peluang penurunan suku bunga justru cukup besar di zamannya [Trump] ini," ujarnya.
Adapun dengan begitu, menurutnya reksa dana yang berbasis obligasi pemerintah, baik rupiah maupun dolar, dengan tren penurunan suku bunga akan diuntungkan.
Kemudian dia mengatakan bahwa apabila untuk "long term", dia merekomendasikan reksa dana saham, karena ada peluang untuk memberikan return yang baik dalam jangka panjang.
"Jadi untuk 2025, kita melihat dengan sentimen penurunan suku bunga, maka kalau untuk reksa dana saham lebih ke valuasi yang murah, seperti itu," tambahnya.
Untuk diketahui, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis points (bps) menjadi 4,50-4,75% pada November lalu.
Pemangkasan sebesar 25 bps ini adalah kali kedua yang dilakukan The Fed dalam dua pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara beruntun. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada September lalu.