Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa membeberkan beragam jurus untuk menjalankan program keberlanjutan, termasuk dalam operasional emiten kelapa sawit Grup Astra tersebut.
Santosa menyampaikan komitmen perseroan terhadap program keberlanjutan diperkuat pada 2022 yang dituangkan dalam inisatif Astra Agro Sustainability Aspiration 2030.
"Ini konsisten kami jalankan dan bahkan beberapa inisiatif telah mencapai target meski baru berjalan 2 tahun.” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (8/12/2024).
Dia menjabarkan strategi itu berlandaskan pada Triple-P Roadmap yang mencakup Portfolio, People, dan Public Contribution yang dijalankan dengan dukungan Good Corporate Governance (GCG).
Perseroan menargetkan penurunan emisi hingga 32% dengan melakukan pengelolaan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), inisiasi konservasi, pengelolaan gambut, pencegahan kebakaran lahan, pengendalian hama dan penyakit terpadu, efisiensi energi, sera pengelolaan limbah dan air.
Santosa menegaskan limbah hasil perkebunan seperti janjang kosong telah dimanfaatkan 100% sebagai tambahan pupuk alami. Begitu pun cangkang dan serat digunakan oleh operasional Astra Agro sebagai sumber energi biomassa. Dengan begitu, hasil limbah perkebunan dapat bermanfaat menopang target berkelanjutan dan bisnis perusahaan.
Dari sisi operasional, AALI juga melakukan transformasi digital. Salah satunya menggunakan Sistem informasi SISKA 2.0 yang diluncurkan pada tahun untuk mempermudah transaksi TBS dari pihak ketiga.
"AALI berupaya meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam menjalankan bisnis," imbuh Santosa.
Perseroan, lanjutnya, melakukan pengendalian hama dengan cara menekan penggunaan pestisida. AALi juga melakukan serangkaian riset untuk mengatasi serangan hama dan meningkatkan keberhasilan penyerbukan sehingga produksi tandan buah segar (TBS) dapat meningkat.
Langkah ini disebut Santosa juga sebagai upaya melindungi petani plasma dan swadaya dari serangan hama yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, pengendalian hama dengan parasitoid yang dilakukan Astra Agro mampu menekan biaya aplikasi pestisida.
Emiten kelapa sawit itu pun telah meluncurkan inovasi berupa pupuk organik bernama Astemic yang diklaim mampu mengurangi biaya pemupukan hingga 25%-50%.
Di sisi lain, Santosa menambahkan industri kelapa sawit secara umum telah menjadi tulang punggung bagi ekonomi nasional. Pasalnya, perkebunan telah menjadi denyut nadi perekonomian bagi masyarakat di daerah pedalaman.
“Kami yakin bahwa dengan strategi yang tepat dan fokus pada keberlanjutan, Astra Agro akan tetap menjadi pemimpin di industri kelapa sawit, baik di pasar domestik maupun internasional,” pungkasnya.
Santosa mengakui saat ini industri kelapa sawit global tengah menghadapi tantangan besar. Meski begitu, dia tetap optimistis bahwa perusahaan akan terus tumbuh dengan berlandaskan inovasi, digitalisasi, dan komitmen terhadap keberlanjutan.