Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepatu Bata (BATA) Pede Bisa Tetap Eksis di Pasar RI Meski Tutup Pabrik, Ini Siasatnya

Kerja sama dengan pemasok lokal menjadi salah satu strategi PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) untuk memperbaiki posisi keuangan.
Warga melintasi salah satu toko PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) di Jakarta, Senin (17/6/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Warga melintasi salah satu toko PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) di Jakarta, Senin (17/6/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) telah menutup pabrik dan membukukan kerugian yang membengkak imbas pandemi Covid-19. Namun, BATA masih optimistis tetap eksis dan tidak akan keluar dari pasar Indonesia.

Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan pandemi Covid-19 telah menghantam operasional bisnis BATA di Indonesia.

"Covid-19 merusak tatanan di BATA yang tadinya profit. Sekarang belum mencapai perbaikan yang diinginkan," ujarnya dalam public expose di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Sejak pandemi Covid-19, BATA mencatatkan penurunan tajam penjualan hingga rugi. Pada kuartal III/2024, BATA masih membukukan rugi sebelum pajak sebesar Rp131,27 miliar. Bahkan ruginya membengkak lebih dari dua kali lipat atau 151% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp52,33 miliar.

Bengkaknya rugi terjadi seiring dengan penjualan yang turun 26% pada kuartal III/2024 menjadi Rp363,27 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp488,47 miliar.

Tahun ini, BATA pun menutup satu-satunya pabrik di Purwakarta. BATA juga telah menyelesaikan proses pemutusan kontrak kerja dan membayar pesangon kepada karyawan yang terkena dampaknya sebesar Rp16,7 miliar hingga Mei 2024. Berdasarkan catatan Bisnis, saat itu terdapat ratusan pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kini, BATA menjalankan bisnis dengan mengandalkan 100% produksi dari suplier lokal.

"Jalan keluarnya, kita kerja sama dengan suplier lokal agar perbaiki posisi keuangan," ujarnya.

Pusat distribusi pun dipindah dari Purwakarta ke Jakarta. BATA juga berkerja sama dengan perusahaan logistik dalam mengelola barang di warehouse yang kemudian disalurkan ke toko-toko Sepatu Bata.

Meski begitu, BATA optimistis bisnisnya tetap eksis di pasar Indonesia. Sepatu dengan merek Bata sendiri memang bukan berasal dari Indonesia. Bata merupakan perusahaan yang didirikan pengusaha bernama Tomas Anna dan Antonin Beta pada 1894 di Zlin, Cekoslowakia. Perusahaan ini kemudian melakukan ekspansi di Eropa, Afrika, Amerika Latin, Amerika Utara, hingga Asia, termasuk Indonesia. 

Tomas Bata, pendiri brand sepatu Bata asal Cekoslovakia. / dok Bata
Tomas Bata, pendiri brand sepatu Bata asal Cekoslovakia. / dok Bata

PT Sepatu Bata yang semula hanya mengimpor, pada 1940 mulai produksi secara lokal di Kalibata, Jakarta Selatan. Seiring perkembangannya, perusahaan ini produksi berbagai macam alas kaki termasuk sepatu kulit dan sandal kanvas built up, sepatu olahraga kasual, sandal cetakan injeksi, dan sandal. 

Kemudian pada 1982, perusahaan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Saat itulah Bata mulai mengembangkan bisnis hingga membuka cabang produksi di Purwakarta pada 1994. Pada 2004, Bata tercatat memperoleh izin impor dan distribusi umum.

"Kalau dari business plan, kita akan tetap eksis di Indonesia," ujar Hatta.

BATA juga optimistis mampu membalikan keadaan rugi saat ini menjadi untung pada 2025. "Optimistis bisa seperti sebelum Covid-19, tapi butuh waktu," tutur Hatta.

Sejumlah strategi pun disiapkan BATA untuk membalikan keadaan. BATA misalnya menjalankan operasional bisnis secara efisien. Setelah menutup pabrik, BATA akan memaksimalkan fungsi toko yang ada dalam menyasar konsumen. 

"Tidak ada working capital [pabrik], raw material, memperkuat sebagai perusahaan. Kalau kita sourcing dari luar, kita bisa meningkatkan gross profit yang kita cari," tutur Hatta.

BATA pun menurutnya terus meluncurkan produk sepatu yang sesuai dengan selera pasar. Kemudian, BATA memperkuat penjualan daring. Hal ini termasuk meningkatkan ragam kampanye pemasaran pada hari besar agama ataupun momentum back to school.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper