Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7.245,89 pada perdagangan hari ini, Selasa (26/11/2024). Jebloknya kinerja bank jumbo menjadi pemberat IHSG hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,93% atau 68,22 poin ke level 7.245,89. IHSG dibuka di level 7.329,53 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah pada perdagangan hari ini 7.245,89. IHSG mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di 7.341,6.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 210 saham menguat, 373 saham melemah, dan 314 saham tak beranjak atau stagnan.
Saham bank bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV melemah dan menjadi pemberat IHSG atau top laggards pada perdagangan hari ini.
PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) misalnya melemah 2,66% dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,72%. Bank jumbo lainnya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 1,57% pada perdagangan hari ini.
Baca Juga
Selain itu, deretan saham lainnya menjadi pemberat seperti PT Telkom Indonesia Persero (TLKM) turun 1,09% dan saham milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) turun 2,9%.
Meskipun, sejumlah saham mengalami penguatan dan menjadi penopang atau top leaders yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) naik 4,57% dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) naik 7,8%.
IHSG berbalik arah setelah pada perdagangan kemarin, Senin (25/11/2024) membukukan penguatan 1,65% ke level 7.314,11.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memproyeksikan IHSG melanjutkan penguatan ke atas 7.300 pada perdagangan hari ini.
Dia memandang penguatan IHSG itu mengindikasikan berakhirnya fase konsolidasi di support area. Dia menuturkan salah satu pemicu pembalikan arah IHSG adalah penurunan U.S. 10-year Treasury Yield pasca Scott Bessent ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), yang diyakini fokus pada stabilitas ekonomi domestik.
Scott Bessent merupakan pendiri Key Square Group dan terkenal sebagai hedge fund manager. Fakta tersebut pada akhirnya memicu euforia bahwa penunjukan Bessent akan berdampak positif pada pasar ekuitas.
Kondisi ini, kata Valdy, memperbesar ruang pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed pada 2025. Mengingat hal ini merupakan salah satu kebijakan ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS.
"Penurunan U.S. 10-year Treasury Yield tersebut berpotensi meredam capital outflow, bahkan berpotensi memicu capital inflow di pasar modal Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu, dia menyatakan kesuksesan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada besok, Rabu (27/11/2024) juga menjadi katalis inflow terlepas dari hasil hitung cepat atau quick count.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.