Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Astra International Tbk. (ASII) terpantau mencatatkan kinerja yang jeblok di sepanjang tahun berjalan. Lantas, seperti apa prospek saham ASII tahun depan?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham ASII memang mencatatkan penguatan pesat 5,4% pada perdagangan kemarin, Senin (25/11/2024), ditutup di level Rp5.175 per lembar.
Namun, harga saham ASII masih di zona merah, turun 1,43% dalam sebulan perdagangan, dan turun 8,44% dalam setahun.
Tim Riset Samuel Sekuritas menilai emiten otomotif seperti ASII mendapatkan tantangan dari lemahnya penjualan kendaraan roda empat atau mobil pada tahun ini. Secara kumulatif, penjualan kendaraan mobil sampai kuartal III/2024 mencapai 633.218 unit turun 16,2% secara tahunan (year on year/yoy).
Kinerja yang buruk tersebut membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan mobil sepanjang 2024 menjadi 850.000 unit dari sebelumnya 1 juta.
Penyebab lesunya penjualan mobil tahun ini adalah rendahnya belanja konsumen, potensi penurunan perdagangan, dan tingginya suku bunga.
Baca Juga
Sebaliknya, penjualan kendaraan roda dua atau sepeda motor tetap kuat mencapai 1,7 juta unit pada kuartal III/2024, tumbuh 12% yoy didukung oleh harga yang relatif terjangkau, terutama selama perlambatan ekonomi.
Namun demikian, Tim Riset Samuel Sekuritas memproyeksikan adanya dorongan perbaikan kinerja ASII pada tahun depan.
"Ke depannya, kami berharap penurunan suku bunga BI [Bank Indonesia] pada 2025 akan membantu merangsang permintaan karena mayoritas pembelian kendaraan di Indonesia dibiayai dengan kredit," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas pada Selasa (26/11/2024).
Selain itu, ASII memiliki PT Astra Honda Motor (AHM) sebagai pendorong pertumbuhannya, terutama mengingat potensi penurunan perdagangan yang dapat menyebabkan penjualan kendaraan roda dua yang lebih tinggi.
Dorongan tambahan juga datang dari anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) serta bisnis pembiayaan ASII yang dapat memberikan dukungan lebih lanjut untuk lini teratas ASII.
"Namun, daya beli yang terus-menerus lemah dapat terus membebani penjualan kendaraan roda empat pada 2025 dan margin ASII mungkin menghadapi tekanan karena depresiasi rupiah," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga menilai ASII akan mendapatkan peluang perbaikan kinerja dari tren penurunan suku bunga acuan.
Adapun, BI telah menurunkan suku bunga acuannya pada September 2024 sebanyak 25 basis poin dari 6,25% ke level 6%. BI kemudian menahan suku bunga acuan dalam dua bulan beruntun sampai saat ini.
Ia menilai ke depan masih ada harapan penurunan suku bunga acuan BI yang dapat mendorong ekspansi kredit kendaraan. Penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi saham-saham otomotif seperti ASII dan IMAS.
Akan tetapi, ada tantangan lainnya yang kemudian dihadapi emiten otomotif, yakni rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12%.
"Kenaikan PPN Jadi tantangan ASII dalam memperkuat kinerja bisnis otomotif khususnya, jika tidak dimitigasi, akan menghambat kinerja penjualan," tutur Nafan.
Sebagaimana diketahui, pemerintah akan mulai memberlakukan kenaikan tarif PPN menjadi 12% dari sebelumnya 11% pada awal 2025. Dalam catatan Bisnis, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberi sinyal bahwa penerapan PPN 12% tahun depan tidak akan ditunda.
Samuel Sekuritas pun merekomendasikan beli untuk ASII dengan target harga mencapai Rp5.900 per lembar.