Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Diproyeksi Moncer pada 2025, Catat Katalis Positifnya

Berbanding terbalik dengan kinerja negatif IHSG, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 4,68% year-to-date (YtD) ke posisi 392,28.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar obligasi diproyeksi melanjutkan kinerja positif pada 2025 sejalan dengan katalis positif dari sisi prospek penurunan suku bunga acuan dan pasokan surat berharga negara (SBN) yang terjaga. 

Hingga Jumat (22/11/2024), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 4,68% year-to-date (YtD) ke posisi 392,28. Kinerja itu berbanding terbalik dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah 1,06% sepanjang tahun berjalan 2024 ke posisi 7.195,56.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas, memperkirakan pasar obligasi akan memberikan positive return pada 2024 dan 2025. Dia memaparkan tiga katalis positif yang diproyeksi mewarnai pasar obligasi ke depan. 

"Pertama, prospek penurunan suku bunga acuan BI Rate yang masih terbuka dengan tekanan inflasi yang relatif masih rendah dan ekspektasi suku bunga Fed akan terus turun sampai dengan 2025," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (25/11/2024).

Kedua, tekanan supply SBN juga masih manageable karena pemerintah masih bisa menggunakan Saldo Anggaran Lebih, optimalisasi loan program, dan investment financing, transisi ke pemerintahan baru yang mulus.

Ketiga, valuasi masih cukup menarik jika dibandingkan dengan yield yang ditawarkan oleh negara-negara berkembang dengan rating yang sama.

“Sementara dari sisi risiko, pasar obligasi masih akan dipengaruhi dari global yaitu hasil Pemilu di AS dan eskalasi konflik geopolitik," kata Handy.

Menurutnya, kebijakan fiskal presiden terpilih AS Donald Trump seperti pemangkasan pajak dan kenaikan tarif impor barang dan jasa dari luar diperkirakan dapat berdampak terhadap kenaikan inflasi serta perlambatan ekspektasi penurunan suku bunga Fed Fund Rate.

Meski demikian, Handy mengatakan ada perkembangan menarik di pasar obligasi Indonesia di mana korelasi imbal hasil US Treasury dan yield obligasi pemerintah Indonesia yang menurun. Alasannya, dominasi investor domestik di pasar obligasi semakin besar, tidak hanya dari investor institusi tetapi juga dari ritel.

"Bahkan tahun ini ritel adalah pembeli terbesar pasar obligasi pemerintah,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper