Bisnis.com, JAKARTA — PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam tengah mengkaji peluang akuisisi tambang emas operasi baru untuk meningkatkan cadangan perseroan.
General Manager Geomin Unit ANTM Abdul Bari mengatakan perseroannya telah menjajaki studi sejumlah potensi tambang emas operasi di dalam negeri serta di luar negeri.
“Kita sedang ada upaya-upaya untuk studi ke luar negeri, studi untuk emas bisa akuisisi bisa juga eksplorasi di sana,” kata Abdul saat ditemui di Jakarta, Senin (25/11/2024).
Selain itu, Abdul mengatakan, perseroannya turut mengikuti lelang tambang emas yang dibuka Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dia berharap sejumlah kajian peluang tambang operasi itu bisa meningkatkan cadangan perseroan mendatang.
“Lelang dalam negeri kita tergantung dari Kementerian ESDM begitu ada pasti kita ikuti,” tuturnya.
Baca Juga
Sampai kuartal III/2024, ANTM mencatatkan cadangan emas di Tambang Emas Pongkor sebesar 185.000 oz, dengan sumber daya sebesar 528.000 oz.
Adapun, pabrik pemurnian dan pengolahan logam mulia dari ANTM memiliki kapasitas manufaktur sekitar 30 juta ton per tahun.
Seperti diberitakan sebelumnya, ANTM mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun sampai September 2024. Torehan itu turun 22,72% dari posisi laba periode yang sama tahun lalu di level Rp2,8 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan 9 bulanan 2024, penurunan laba Antam terjadi saat pendapatan perseroan justru meningkat 39,81% ke level Rp43,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Produk emas yang berkontribusi 83% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan emas mencapai Rp35,7 triliun, meningkat 85% dari capaian 9 bulanan 2024 sebesar Rp19,29 triliun.
Sampai September 2024, ANTM mencatat total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kilogram (23.888 troy oz).
Adapun, volume penjualan emas Antam dalam 9 bulan 2024 meningkat 47% secara tahunan dari 19.460 kg menjadi 28.567 kg.
Sementara itu, segmen nikel menyumbang pendapatan sebesar Rp6,1 triliun sepanjang Januari-September 2024.
Nilai itu setara dengan 14% dari total pendapatan ANTM. Pada saat yang sama, volume produksi dan penjualan feronikel Antam sebanyak 15.244 ton dan 11.691 ton.
Hanya saja, pendapatan itu mesti tergerus oleh beban pokok penjualan yang naik lebih tinggi, yaitu sebesar 57,64% year-on-year (YoY) ke level Rp39,09 triliun per kuartal III/2024.
Konsekuensinya setelah dikurangi beban itu, laba kotor yang tersisa buat ANTM hanya sebesar Rp4,1 triliun atau susut 40,59% dari posisi laba kotor periode 9 bulanan 2023 di level Rp6,09 triliun.
Adapun, beban pokok yang melonjak tajam itu sebagian besar akibat naiknya biaya produksi perseroan sebesar 63% ke level Rp40,8 triliun pada periode 9 bulanan tahun ini.
Sebagian besar biaya produksi itu berasal dari kegiatan pembelian logam mulia dengan nilai mencapai Rp33,65 triliun.