Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jalan Kerikil Obligasi Korporasi di Akhir Tahun

Yield SBN yang meningkat akhir-akhir ini membuat kekhawatiran cost of fund obligasi menjadi mahal.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta. Kondisi yield SBN yang tinggi otomatis akan membuat cost of fund obligasi korporasi meningkat pada akhir tahun 2024./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta. Kondisi yield SBN yang tinggi otomatis akan membuat cost of fund obligasi korporasi meningkat pada akhir tahun 2024./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Analis menilai prospek pasar obligasi korporasi dalam waktu dekat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Pasalnya, yield Surat Berharga Negara (SBN) kian meningkat yang juga bikin yield obligasi korporasi naik. Alhasil, biaya dana menjadi mahal.

Head of Fixed Income at PT Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan prospek obligasi korporasi bisa dilihat dari obligasi pemerintah.

"Kita lihat yield di government bond juga terus tertekan. Yield government bond naik, otomatis corporate bond juga akan meningkat rate-nya atau cost of fund-nya," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/11/2024).

Dia menjelaskan dengan meningkatnya biaya dana atau cost of fund, beban dan risiko korporasi menerbitkan surat utang bakal semakin besar. Belum lagi, daya beli masyarakat saat ini sedang melemah.

Namun demikian, sektor industri yang tahan banting dinilai tetap berpeluang untuk menerbitkan obligasi di saat-saat seperti ini.

"Untuk industri-industri yang memang mempunyai market yang baik atau stabil daya belinya, saya rasa walaupun cost of fund tinggi, kemampuan serap mereka baik karena masih punya split margin terhadap cost of fund dan utang-utang mereka," papar Ramdhan.

Kendati pasar obligasi terlihat penuh tantangan, Ramdhan mengakui penerbitan surat utang tetap menjadi alternatif pendanaan di pasar modal. Sejauh ini, obligasi yang diterbitkan di Indonesia sudah memiliki sejarah yang baik. 

Beberapa perusahaan pun terlihat rutin menerbitkan surat utang dengan rating yang cukup bagus, seperti perusahaan multifinance. Biasanya, surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pamor baik pun dipastikan penyerapannya baik oleh pasar. Adapun, pelaku pasar bakal selalu mencari instrumen yang dapat mengoptimalkan imbal hasil investasi.

Adapun, obligasi korporasi bisa menjadi pilihan investasi karena menawarkan return lebih tinggi dari obligasi pemerintah.

"Menurut saya sekarang ini industri keuangan kita tetap akan tumbuh, dan membutuhkan instrumen-instrumen yang salah satunya sebagai alternatif ya obligasi korporasi," ucapnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, total penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun berjalan hingga 8 November 2024 mencapai 119 emisi dari 65 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp110,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper