Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adaro Andalan Indonesia Jadi Titik Terang IPO Lighthouse Company

BEI membocorkan bahwa sedikitnya ada tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company yang ditargetkan akan melakukan IPO pada akhir tahun ini.
Annisa Kurniasari Saumi, Erta Darwati
Rabu, 13 November 2024 | 06:00
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Bergulirnya IPO PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) menjadi titik terang aksi go public bernilai jumbo pada akhir tahun ini. Langkah itu diharapkan membuka jalan bagi lighthouse company lain untuk melantai di BEI.

Sepanjang tahun berjalan 2024, Bursa Efek Indonesia sudah kedatangan 39 emiten baru yang mencatatkan saham atau listing setelah merampungkan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Teranyar, pada Rabu (13/11/2024), PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk. (NAIK) listing dengan raihan dana IPO sebesar Rp80,25 miliar.

Pekan ini, PT Daaz Bara Lestari Tbk. (DAAZ) juga melantai di BEI setelah menyelesaikan IPO senilai Rp264 miliar dan PT Newport Marine Services Tbk. (BOAT) mengantongi dana hasil IPO senilai Rp100,04 miliar.

Meski terdapat 39 emiten baru, belum ada korporasi yang melaksanakan IPO senilai Rp1 triliun atau lebih pada tahun ini. Padahal, BEI memiliki target untuk mendatangkan paling sedikit tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company melalui IPO pada tahun ini.

Prospek IPO jumbo baru terlihat setelah PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mengumumkan rencana penawaran umum perdana saham anak usahanya, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI).

Merujuk prospektusnya, AADI menawarkan sebanyak-banyaknya 778,68 juta saham biasa, dengan nilai nominal Rp3.125 per saham, yang mewakili sebesar-besarnya 10% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dalam IPO.

Saham perdana AADI akan ditawarkan ke masyarakat dengan harga penawaran sebesar Rp4.590 hingga Rp5.900 per saham. Dengan nilai tersebut, jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp4,59 triliun.

Langkah IPO Adaro Andalan Indonesia merupakan bagian dari strategi spin off bisnis batu bara oleh ADRO. Sebelum AADI, Adaro Energi sudah lebih dulu memboyong PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) untuk melantai di BEI pada 3 Januari 2022 setelah merampungkan IPO senilai Rp660.71 miliar.

Sebelum AADI mengumumkan rencana IPO, BEI membocorkan bahwa sedikitnya ada tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company yang ditargetkan akan melakukan penawaran umum perdana pada akhir tahun ini.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengungkap tiga perusahaan tersebut akan melantai atau IPO hingga akhir 2024.

“Jadi lighthouse target kami paling tidak pada tahun ini itu lebih dari tiga gitu,” katanya saat ditanyai awak media di BEI, Senin (11/11/2024).

Dia menjelaskan bahwa perusahaan yang dikategorikan sebagai lighthouse company yakni memiliki nilai kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun dan jumlah saham beredarnya mencapai 20% dari total saham perusahaan.

Saat ini, kata Nyoman, sebanyak 29 perusahaan masuk dalam pipeline pencatatan saham BEI.

"Dari 29 calon perusahaan tercatat tersebut, 17 perusahaan memiliki aset skala besar, atau di atas Rp250 miliar," katanya Senin (11/11/2024).

Nyoman melanjutkan, terdapat 10 perusahaan skala menengah dengan nilai aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar yang mengantre untuk IPO. Selain itu, sebanyak 2 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala kecil, atau dengan aset di bawah Rp50 miliar.

Adaro Andalan Indonesia Jadi Titik Terang IPO Lighthouse Company

Berdasarkan data yang dihimpun BEI, 29 calon perusahaan yang tercatat masuk dalam pipeline IPO paling banyak bergerak pada sektor consumer non-cyclicals dan energi yaitu masing-masing lima calon perusahaan tercatat.

Sementara itu, 3 calon emiten dari sektor basic materials, 2 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, dan 3 perusahaan finansial. Lalu, 3 perusahaan healthcare, 3 perusahaan industri, 1 perusahaan sektor infrastruktur, 3 perusahaan properti dan real estat, serta 1 perusahaan transportasi dan logistik.

Sebelumnya, Direktur Utama BEI Iman Rachman juga mengungkapkan bahwa tiga perusahaan mercusuar alias lighthouse bakal menggelar penawaran umum saham perdana pada sisa tahun ini. Adapun satu calon datang dari sektor energi.

Iman mengatakan tiga perusahaan mercusuar atau dengan kriteria kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun bakal melangsungkan IPO pada November - Desember 2024. Dengan demikian, kehadiran calon emiten ini bakal menggenapi target BEI.

"Akan masuk di periode November-Desember. Jadi, kami sangat optimistis bahwa target tiga perusahaan lighthouse di mana memiliki market cap besar dengan free float 20% pada 2024 akan terpenuhi," tuturnya dalam Capital Market Journalist Workshop di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (31/10/2024).

Iman menyampaikan bahwa satu dari tiga calon emiten yang melantai berasal dari sektor energi. Meski demikian, dia belum dapat memerinci informasi tersebut. Begitupun dengan informasi dua calon emiten lainnya.

Adaro Andalan Indonesia Jadi Titik Terang IPO Lighthouse Company

Direktur Investment Banking Capital Market PT BRI Danareksa Sekuritas Kevin Praharyawan menuturkan tahun ini dengan berbagai macam faktor seperti tensi geopolitik, makro ekonomi, hingga tahun politik cukup mempengaruhi pasar modal Indonesia.

"Makanya dari satu sisi, saya percaya tahun ini memang bukan waktu yang tepat bagi orang-orang untuk melakukan aksi korporasi," kata Kevin ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (8/11/2024).

EY Global IPO Leader George Chan mengatakan Investor bersiap menghadapi paruh kedua 2024 yang lebih bergejolak. Ketika inflasi dan suku bunga menurun, faktor-faktor baru lainnya akan menjadi prioritas dalam mempengaruhi keputusan IPO.

"Dalam lingkungan dengan ketidakpastian yang meningkat ini, masuknya pasar pada waktu yang tepat dan narasi ekuitas yang menarik sangatlah penting untuk bisnis yang ingin memanfaatkan peluang IPO," ucapnya.

Di sisi lain, EY mencatat meski IPO Indonesia mengalami perlambatan, indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 7.139 pada awal Juli hingga mencapai puncaknya pada 7.905 pada pertengahan September 2024.

Lonjakan ini dipicu oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada pertengahan September 2024.

Selain itu, Federal Reserve juga menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada periode yang sama, sedangkan penurunan suku bunga lainnya diperkirakan terjadi pada November 2024, yang dapat memberikan sentimen positif lebih lanjut bagi pasar modal Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper