Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Ramal "Tsunami" Dana Asing Masuk Pasar Saham RI Tahun Ini

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan arus masuk atau inflow dana asing ke pasar saham Indonesia akan mengalir deras pada akhir tahun ini.
Pengunjung berada di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Pengunjung berada di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan arus masuk atau inflow dana asing ke pasar saham Indonesia masih akan mengalir deras pada akhir tahun ini. Meski begitu, terdapat sentimen yang mendorong arus keluar atau outflow dana asing imbas kebijakan stimulus jumbo di pasar China.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan sampai dengan akhir September 2024, investor asing tercatat masih membukukan capital inflow, baik di pasar saham maupun efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) secara year to date (ytd).

Di pasar saham, per akhir September 2024 tercatat net buy sebesar Rp52.75 triliun ytd dan di pasar obligasi baik surat berharga negara (SBN) maupun obligasi korporasi tercatat net buy sebesar Rp26,62 triliun ytd.

"Tren inflow asing di Indonesia sudah dimulai sejak Juni 2024 dan mulai mencatatkan net buy secara ytd sejak bulan tersebut. Kami memandang optimistis inflow asing dapat terus bertambah," ujar Inarno dalam jawaban tertulis, Rabu (2/10/2024).

Optimisme OJK atas potensi derasnya dana asing masuk ke pasar saham Indonesia seiring dengan adanya sentimen-sentimen positif seperti berlanjutnya tren penurunan suku bunga The Fed dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada kuartal IV/2024.

Meski begitu, akhir-akhir ini terdapat sentimen yang mendorong arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia imbas kebijakan stimulus jumbo di pasar China.

Sebagaimana diketahui, People Bank of China (PBoC) telah menerbitkan stimulus kebijakan moneter untuk menopang target pertumbuhan ekonomi pada 24 September 2024. Stimulus tersebut mencakup penurunan suku bunga 7DRR menjadi 1,5% dari sebelumnya 1,7%, penurunan giro wajib minimum perbankan sebesar 50 basis poin.

Kebijakan moneter itu ditempuh PBoC untuk meningkatkan likuiditas sebesar US$142 miliar. PBoC juga menyampaikan potensi penurunan lanjutan sebesar 25-50 basis poin dan tambahan US$$114 miliar stimulus likuiditas untuk pasar saham dan relaksasi kredit pemilikan rumah (KPR) senilai total US$$5,2 triliun dan mempermudah aturan pembelian rumah kedua dengan penurunan DP menjadi 15% dari 25%.

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan kebijakan stimulus jumbo di China memang telah menumbuhkan ekspektasi para pelaku pasar terhadap perekonomian China, tak terkecuali investor asing sehingga inflow investasi mulai bergerak ke pasar China.

Ditambah, koreksi yang terjadi sejak awal tahun telah membuat pasar China jauh lebih murah, sehingga pelaku pasar dan investor suka untuk berinvestasi di sana.

Seiring dengan adanya tarikan sentimen stimulus jumbo di China, pasar saham Indonesia pun jeblok. Indeks harga saham gabungan (IHSG) membukukan pelemahan sebesar 2,2% atau 168,98 poin ke level 7.527,92 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/9/2024). Level IHSG saat itu pun menjadi yang terendah dalam sebulan perdagangan atau pada September 2024.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper