Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asa BUMN Karya di Balik Anggaran PUPR & Keberlanjutan IKN Nusantara

Penambahan anggaran Kementerian PUPR dan keberlanjutan proyek IKN memberikan harapan bagi emiten BUMN Karya dalam memacu kinerja tahun depan.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Penambahan alokasi anggaran Kementerian PUPR untuk mendukung keberlanjutan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah memberikan harapan bagi emiten BUMN Karya dalam memacu kinerja keuangan pada 2025.

Kementerian PUPR diketahui mendapatkan dana tambahan senilai Rp40,59 triliun, sehingga total pagu anggaran naik menjadi Rp116,22 triliun pada 2025. Meski bertambah, nilai ini masih lebih rendah dari anggaran 2024 yang mencapai Rp149,74 triliun.

Adapun, tambahan anggaran bertujuan mendukung pembangunan IKN Nusantara, khususnya pengembangan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) yang mencapai Rp9,11 triliun.

Kenaikan anggaran Kementerian PUPR lantas menjadi katalis positif bagi BUMN Karya. Hal ini mengingat masing-masing emiten telah mengakumulasikan nilai kontrak jumbo dari proyek yang berada di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur tersebut. 

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tercatat mengelola proyek di IKN senilai Rp7,7 triliun, sedangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) secara grup memperoleh Rp11,05 triliun.

Sementara itu, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan nilai kontrak di IKN Rp10,3 triliun dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) meraih nilai tertinggi yakni Rp12,17 triliun.

Direktur Utama PTPP Novel Arsyad mengamini bahwa proyek IKN Nusantara memiliki pengaruh cukup besar terhadap fundamental perusahaan. Menurutnya, tidak hanya PTPP, tetapi seluruh BUMN Karya juga menaruh harapan terhadap kelanjutan IKN Nusantara.

“Pengaruh proyek di IKN cukup besar terhadap fundamental kami. Pastinya bukan hanya kami, tetapi semua BUMN Karya berharap di proyek IKN. Sebab, proyek-proyek di IKN [Nusantara] nilainya juga cukup besar,” ujarnya baru-baru ini. 

Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan bahwa perseroan cukup antusias dalam menyikapi potensi peningkatan peluang pembangunan infrastruktur pada 2025, sesuai kompetensi yang dimiliki perusahaan.

“Pengalaman yang luas dalam mengerjakan proyek-proyek baik infrastruktur, gedung, dan EPCC, membuat WIKA siap untuk mendukung proyek-proyek program pemerintah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (23/9/2024).

Mahendra, dalam kesempatan sebelumnya, menuturkan WIKA berencana memacu sektor EPCC pada tahun depan guna menyeimbangkan portofolio proyek milik perusahaan.

Dia menjelaskan bahwa secara umum sektor EPCC bersumber dari alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) BUMN ataupun swasta, yang digunakan untuk pembangunan proyek, antara lain pabrik baterai, gas processing plant, dan pembangkit listrik.

“Salah satu strategi kami untuk menjaga keseimbangan portofolio, apabila terjadi penurunan belanja infrastruktur pemerintah adalah memaksimalkan peluang di sektor EPCC,” ucapnya.

Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Rozi Sparta menilai penambahan anggaran Kementerian PUPR menciptakan peluang bagi perseroan untuk meraih kontrak baru yang berasal dari proyek pemerintah, baik infrastruktur jalan, gedung, perumahan maupun terkait IKN. 

Prospek ADHI pada 2025 juga ditopang oleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,09 triliun yang telah disetujui DPR pada Juli 2024. Modal ini ditujukan untuk merampungkan proyek strategis nasional Tol Solo-Jogja-Kulonprogo dan Tol Jogja-Bawen.

“Kami optimistis bahwa peningkatan anggaran [PUPR] dan PMN ini akan memberikan dampak positif bagi kinerja ADHI, terutama dalam menjaga pertumbuhan fundamental dan memperkuat posisi perseroan di sektor infrastruktur,” ucap Rozi.

 

Menimbang Prospek Saham BUMN Karya

Di sisi lain, komitmen Prabowo Subianto untuk melanjutkan program Presiden Joko Widodo akan menjadi sentimen pendukung bagi performa indeks BUMN jelang transisi pemerintahan baru yang berlangsung pada 20 Oktober mendatang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham BUMN pilihan alias IDX BUMN20 telah mencatatkan penurunan 1,82% sepanjang tahun berjalan 2024 ke posisi 408,757 hingga Jumat (27/9/2024).

Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja IDXBUMN20. Faktor utama adalah pemangkasan suku bunga acuan, baik yang dilakukan The Fed maupun Bank Indonesia (BI).

“Kebijakan moneter memberikan dampak positif terhadap performa indeks BUMN, yang kembali ke jalur hijau karena sentimen yang kuat,” ujarnya kepada Bisnis.

Sementara itu, dia memandang sentimen lain datang dari laporan keuangan yang secara rata-rata memperlihatkan hasil impresif. Perusahaan pelat merah juga dinilai mampu mencatatkan keberlanjutan dalam menjaga kinerja fundamental.

Sentimen lanjutan dari IDX BUMN20 adalah komitmen presiden terpilih Prabowo Subianto yang berencana melanjutkan program pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

“Ini menjadi faktor utama yang mendorong kinerja BUMN sektor karya untuk kembali mengalami penguatan, setelah sebelumnya dibayangi oleh sentimen arus kas negatif,” ucapnya.

Menurut Nafan, indeks BUMN meraih apresiasi karena ada kepastian dalam pembangunan IKN yang berkelanjutan. Hal itu didukung kenaikan harga komoditas yang dipicu oleh meningkatnya permintaan global, meskipun masih ada dampak dari gangguan rantai pasok. 

Di tengah katalis ini, Mira Asset menyematkan rekomendasi beli untuk saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).

ANTM memiliki target harga Rp1.525 per saham, target BBNI di level Rp6.125, BBRI mencapai Rp6.000, BMRI sebesar Rp7.800, SMGR di level Rp4.450, dan TLKM Rp3.420 per saham.

Sementara itu, Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan bahwa sentimen pelonggaran moneter telah memicu kenaikan kinerja indeks BUMN, sehingga penurunan beberapa waktu lalu membuat valuasi menjadi menarik.

Menurutnya, saham BUMN yang menarik dicermati adalah BBRI dengan target harga Rp6.000, saham SMGR di level Rp4.450, saham TLKM sebesar Rp3.400, ANTM mencapai Rp1.640, JSMR sebesar Rp5.700 dan PGEO memiliki target Rp1.300 per saham.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper