Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed dan Ketegangan Timur Tengah Bikin Harga Minyak Reli Hampir 5% Pekan Ini

Harga minyak mentah berada pada jalur penguatan mingguan pekan ini di tengah sentimen pemangkasan suku bunga The Fed dan meningkatnya ketegangan Timur Tengah.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berada di jalur penguatan secara mingguan selama 2 pekan beruntun menyusul pemangkasan besar suku bunga AS dan penurunan stok global. Sementara itu, pelaku pasar terus memantau ketegangan yang membara di Timur Tengah.

Mengutip Reuters, harga minyak jenis Brent terpantau turun 19 sen atau 0,3% pada level US$73,69 per barel. Secara mingguan, harga minyak jenis ini tercatat naik sebesar 4,3%.

Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS terpantau menguat naik 6 sen menjadi US$72,01 per barel dan telah mencatat kenaikan mingguan sebesar 4,8%.

Harga minyak dunia telah pulih setelah anjlok mendekati level terendah dalam tiga tahun pada 10 September. Sejak penurunan tersebut, minyak telah mencatatkan kenaikan harga dalam lima dari tujuh sesi perdagangan.

Pergerakan harga minyak didukung oleh langkah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga setengah poin persentase pada Rabu kemarin. Pemotongan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, namun beberapa pihak juga melihat pemotongan besar-besaran tersebut sebagai tanda lemahnya pasar tenaga kerja AS.

Sementara itu, data pemerintah Amerika Serikat (AS) mencatat persediaan minyak mentah di negara tersebut turun ke level terendah dalam satu tahun pada minggu lalu. Adapun, Negeri Paman Sam merupakan produsen minyak terbesar di dunia.

Defisit pasar minyak yang tidak sesuai musim sekitar 400.000 barel per hari (bph) akan mendukung harga minyak mentah Brent di kisaran US$70 hingga US$75 per barel selama kuartal berikutnya, kata analis Citi pada hari Kamis, tetapi menambahkan bahwa harga bisa anjlok pada tahun 2025.

Tim Snyder, Chief Economist di Matador Economics menambahkan,harga minyak mentah juga terdorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. 

Adapun, walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah meledak pada hari Rabu menyusul ledakan serupa pada hari sebelumnya. Sumber keamanan mengatakan agen mata-mata Israel Mossad bertanggung jawab, namun pejabat Israel tidak mengomentari serangan tersebut.

Lemahnya permintaan akibat melambatnya perekonomian China membebani harga. Produksi kilang di Negeri Panda tersebut melambat selama lima bulan pada bulan Agustus. 

Selain itu, pertumbuhan output industri China juga melambat ke level terendah dalam lima bulan pada bulan lalu, dan penjualan ritel serta harga rumah baru semakin melemah.

“Lemahnya permintaan akibat melambatnya perekonomian China membatasi kenaikan harga minyak,” kata Alex Hodes, analis minyak di broker StoneX.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper