Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Pengamat, Setoran Dividen BUMN Bisa Rp86 Triliun di RAPBN 2025

Kestabilan BUMN dalam menyetorkan dividen berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Ilustrasi dividen jumbo. Dok Freepik
Ilustrasi dividen jumbo. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memproyeksikan setoran dividen BUMN dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebesar Rp86 triliun.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy menyebut bahwa jumlah tersebut sejatinya masih berada dalam kisaran pencapaian dividen pada 2023 maupun jumlah yang diproyeksikan pada 2024.

“Sebagai ilustrasi, pada tahun ini sampai dengan Juli, setoran dividen BUMN itu berada pada kisaran Rp84 triliun. Saya kira dalam beberapa bulan ke depan, potensi penambahan dividen ini masih bisa terjadi hingga kisaran angka Rp85 triliun,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (28/8/2024).

Dengan demikian, jika dibandingkan dengan pencapaian setoran dividen pada tahun lalu, angka ini menunjukkan pertumbuhan 4,6%. Dengan asumsi jumlah Rp85 triliun tercapai pada akhir tahun ini, Yusuf mengatakan bahwa pemerintah hanya membutuhkan pertumbuhan 0,2% untuk menembus angka Rp86 triliun pada 2025.

“Angka ini relatif kecil, sekali lagi jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan setoran setidaknya dalam 2 tahun terakhir ini,” sambungnya.

Namun, dia menilai bahwa kestabilan BUMN dalam menyetorkan dividen berbeda-beda, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dia mencontohkan, pada sektor BUMN yang berbasis komoditas, perubahan harga komoditas global dapat terjadi secara tiba-tiba dan jelas berpengaruh terhadap kinerja BUMN terkait.

“Ketika harga komunitas masuk ke periode normalisasi, tentu ada tantangan bahwa setoran dari BUMN ini akan tidak sebesar BUMN lain yang punya kinerja lebih baik,” tuturnya.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebut bahwa BUMN sektor energi menjadi yang paling berisiko secara kinerja jika dibandingkan dengan sektor lainnya, seperti perbankan.

Pasalnya, dia menilai bahwa volatilitas harga minyak dunia akan berpengaruh terhadap BUMN tersebut, sehingga pada akhirnya berdampak pada setoran dividen pada 2025. 

“Jadi kemungkinan bisa meleset target dividen BUMN tersebut, utamanya disebabkan oleh volatilitas minyak dunia,” katanya kepada Bisnis, Rabu (28/8/2024).

Ketika ditanya apakah patokan setoran dividen ini akan mendorong BUMN untuk mengorbankan investasi jangka panjang, Tauhid menyebut bahwa jumlah setoran dividen lazim dikurangi untuk memperkuat sumber permodalan melalui capital expenditure.

Dirinya kembali menggarisbawahi bahwa BUMN sektor energi lah yang paling berpeluang mengambil langkah tersebut apabila capaian hasil produksi minyak dan gas tidak optimal.

“Sehingga kalau katakanlah dividennya besar, otomatis capital expenditure-nya harus dikurangi,” tandas Tauhid.

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan nota keuangan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengelolaan kekayaan negara dipisahkan (KND), terutama dividen BUMN mengalami pertumbuhan positif selama periode 2020–2023, yaitu tumbuh rata-rata sebesar 15,8% tiap tahunnya.

Pertumbuhan terendah terjadi pada 2021, terkontraksi sebesar 53,8% karena berkurangnya setoran dividen BUMN. Pada saat itu, setoran dividen BUMN jeblok dari Rp41,9 triliun pada 2020 menjadi Rp29,5 triliun pada 2021 di tengah merebaknya pandemi Covid-19.

Sementara itu, pertumbuhan tertinggi pendapatan KND tetutama dividen BUMN terjadi pada 2023 sebesar 102,1% disebabkan oleh membaiknya kinerja keuangan BUMN pada tahun buku 2022. Tercatat, realisasi penerimaan dividen BUMN pada 2023 mencapai Rp81,2 triliun.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper