Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Bitcoin dan Ethereum Tertekan, Pilpres AS sampai Kepanikan Investor

Indikator perekonomian AS seperti lonjakan tingkat pengangguran memicu kekhawatiran akan risiko resesi, sehingga membuat panik investor, termasuk di kripto.
Ilustrasi Bitcoin. / Reuters
Ilustrasi Bitcoin. / Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar kripto bergejolak akibat beberapa sentimen negatif pasar. Potensi resesi Amerika Serikat (AS) jelang pemilu, hingga aksi jual dipicu kepanikan investor jadi penyebabnya.

Berdasarkan data Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) di kisaran US$55.000 tercatat turun hingga 14,8% dalam sepekan terakhir, yang sempat berkisar US$66.000. Harganya juga sudah turun 1,6% dari posisi sebulan belakangan.

Adapun, token jaringan Ethereum, Ether (ETH) jatuh lebih parah ke US$2.330, tercatat turun hingga 27,6% dalam sepekan terakhir dan sekitar 20,3% secara bulanan.

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha menjelaskan bahwa beberapa faktor berkontribusi terhadap penurunan pasar, salah satunya memburuknya indikator perekonomian AS. Lonjakan signifikan dalam tingkat pengangguran, hingga indikator geliat Nonfarm Payrolls (NFP) alias pekerjaan nonpertanian yang jauh di bawah ekspektasi analis memengaruhi sentimen terhadap aset kripto.

Secara terperinci, tingkat pengangguran di AS per Juli 2024 naik menjadi 4,3% dari 4,1% pada bulan Juni 2024. Selain itu, inflasi upah tahunan, yang diukur dari pendapatan rata-rata per jam, turun menjadi 3,6% dari 3,8% pada periode yang sama.

"Data tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS mungkin menuju resesi, prospek yang telah membuat takut investor di berbagai kelas aset," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (7/8/2024).

Selain itu, indikator tersebut memicu spekulasi tentang kebijakan Federal Reserve atau The Fed di masa mendatang. Kendati beberapa orang percaya bahwa ekonomi yang melemah dapat mendorong The Fed memangkas suku bunga, di mana berpotensi menguntungkan aset kripto. Di sisi lain, fenomena itu juga membawa reaksi pasar secara langsung berupa sentimen penghindaran risiko.

Ketidakpastian mengenai hasil pemilu presiden AS mendatang, di mana popularitas Kamala Harris yang kurang mendukung kripto mulai naik. Sementara itu, Donald Trump bersama Partai Republik yang notabene mendukung ekosistem kripto cenderung bertahan, sehingga kondisi ini turut menekan sentimen pasar kripto secara umum.

Faktor lainnya yang mempengaruhi pasar kripto termasuk pergerakan aset milik Jump Crypto dan potensi penebusan koin dari kasus kebangkrutan Mt. Gox. Investor terus memantau perkembangan ini dengan cermat, khawatir dampaknya terhadap stabilitas pasar kripto.

Sekadar info, analisis on-chain membuktikan bahwa Jump Crypto melalui Jump Trading tengah menjual aset ETH miliknya secara besar-besaran dalam dua minggu terakhir, dipicu potensi likuidasi atas keberlangsungan usahanya yang tengah jadi sorotan otoritas di AS.

Sementara itu, ganti rugi Mt. Gox berupa BTC dan Bitcoin Cash (BCH) kepada para penggunanya yang terdampak peretasan pada 2014, disinyalir bakal memicu aksi jual secara bersamaan, sehingga berdampak pada penurunan harga BTC dan BCH.

"Investor aset kripto disarankan untuk tetap tenang dan menilai kembali strategi investasi mereka di tengah fluktuasi pasar. Diversifikasi portofolio dengan aset yang lebih stabil dapat membantu mengurangi risiko," tambahnya.

Panji menekankan pemantauan perkembangan makroekonomi dan faktor eksternal, seperti kebijakan suku bunga atau aksi jual oleh investor jumbo, sangat penting diperhatikan para investor kripto di tengah situasi ini.

Pertimbangkan juga risiko dan peluang jangka panjang, karena kondisi ekonomi yang melemah dapat mempengaruhi kebijakan moneter yang mungkin menguntungkan aset kripto di masa depan.

"Dari sisi teknikal, saat ini BTC menguji resistance US$57.000, dengan potensi naik ke US$60.000 jika berhasil breakout. Namun, jika mengalami penolakan di resistance US$57.000, ada kemungkinan turun kembali ke titik support US$50.000," jelas Panji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper