Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Matahari (LPPF) Turun Semester I, Ini Penyebabnya

Matahari (LPPF) mencatatkan penurunan laba bersih dan pendapatan pada semester I/2024.
PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) membuka gerai baru di AEON Deltamas, Cikarang, pada Jumat (22/4/2024).
PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) membuka gerai baru di AEON Deltamas, Cikarang, pada Jumat (22/4/2024).

Bisnis.com, JAKARTA - PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) menorehkan kinerja lesu sepanjang semester I/2024 seiring dengan penurunan laba bersih dan pendapatan.

Mengacu laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih LPPF turun 8,44% secara year-on-year (YoY) periode Januari-Juni 2024 menjadi Rp626,1 miliar, dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp683,87 miliar.

Turunnya laba bersih LPPF disebabkan pendapatan yang juga turun 2,57% menjadi Rp3,75 triliun, dibandingkan periode 6 bulan pertama 2023 sebesar Rp3,85 triliun.

CEO Matahari Monish Mansukhani mengatakan hasil keuangan di paruh pertama 2024 menunjukkan lemahnya kemampuan belanja konsumen yang masih terus berlanjut, terutama untuk pakaian dan alas kaki.

"Meskipun begitu, kami tetap berkomitmen pada rencana-rencana strategis untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya dalam keterangan resmi Rabu (24/7/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, LPPF juga berfokus pada peningkatan operasional dan upaya untuk memperluas jangkauan agar bisa melayani pelanggan dengan lebih baik.

Seiring turunnya pendapatan, beban pokok LPPF juga turun 0,66% menjadi Rp1,24 triliun, dari periode sama 2023 sebesar Rp1,25 triliun.

Alhasil, laba kotor perseroan turun 3,49% menjadi Rp2,5 triliun, dibandingkan semester I/2024 Rp2,59 triliun. Adapun, kas dan bank pada akhir periode LPPF sebesar Rp211,28 miliar, dari semester I/2024 sebesar Rp322,47 miliar.

Berdasarkan neraca, total aset LPPF turun menjadi Rp5,08 triliun per 30 Juni 2024, dibandingkan per akhir Desember 2023 sebesar Rp5,88 triliun.

Liabilitas perseroan juga turun menjadi Rp4,97 triliun, dari posisi akhir 2023 sebesar Rp5,84 triliun. Sementara ekuitas LPPF melesat jadi Rp112,46 miliar, dibandingkan Rp30,73 miliar pada akhir Desember 2023.

Strategi LPPF Dorong Kinerja

Sebagai strategi untuk mendorong kinerja, Monish mengatakan perseroan berencana untuk meningkatkan produktivitas melalui perluasan area dan penambahan variasi produk dari merek-merek konsinyasi utamanya. 

"Rebranding merek-merek eksklusif terus dilakukan untuk menarik lebih banyak pelanggan, dan merek in-house SUKO siap untuk memperluas jangkauannya ke lebih banyak gerai," katanya.

Dia mengatakan Matahari akan terus memanfaatkan influencer dan media sosial untuk meningkatkan kesadaran merek. Perseroan juga merencanakan kampanye besar pada paruh kedua 2024 dengan fokus untuk membangun komunitas dan peningkatan keterlibatan merek.   

Menurutnya, berbagai digital terus mengalami kemajuan dengan 58% vendor konsinyasi (CV) kini telah bergabung dengan platform pemasok. User experience diharapkan akan meningkat dengan variasi produk CV yang lebih banyak, live commerce, pemenuhan pesanan dari gerai, dan fitur pencarian yang lebih baik.  

Perseroan menunda pembukaan gerai baru untuk paruh kedua tahun ini dan secara selektif membuka gerai hanya di mal-mal berkualitas tinggi. Perseroan tetap berfokus pada pengelolaan biaya. 

"Negosiasi biaya sewa pada paruh pertama tahun ini telah menghasilkan penghematan, didukung oleh potongan sewa dan perjanjian sewa yang fleksibel. Inisiatif untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja telah direncanakan untuk paruh kedua tahun ini dan diharapkan dapat membuahkan hasil positif," pungkasnya.  

---

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper