Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komisaris Pengelola Starbucks di Indonesia (MAPB) Pamit Undur Diri

Mulai besok, Alok Chandra Misra efektif mundur dari jabatannya selaku Komisaris Independen PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB).
Suasana gerai Starbuks yang dikelola PT MAP Boga Adiperkasa Tbk./starbucks.co.id
Suasana gerai Starbuks yang dikelola PT MAP Boga Adiperkasa Tbk./starbucks.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengelola jaringan Starbucks di Indonesia, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) mengumumkan pengunduran diri komisaris independen perusahaan di tengah aksi boikot yang masih berlanjut. 

Sekretaris Perusahaan MAP Boga Adiperkasa Liryawati menyampaikan bahwa Alok Chandra Misra mundur dari jabatannya sebagai Komisaris Independen perusahaan. Pengunduran ini terhitung efektif mulai Senin (8/7/2024). 

“Hari Rabu, tanggal 3 Juli 2024, perseroan telah menerima surat pengunduran diri Bapak Alok Chandra Misra dari jabatannya selaku Komisaris Independen perseroan efektif terhitung sejak 8 Juli 2024,” ujarnya dikutip pada Minggu (7/7/2024). 

Keputusan tersebut menambah daftar petinggi MAPB yang mundur dari posisinya. Sebelumnya, Anthony Cottan memutuskan mundur dari kursi Direktur Utama MAPB pada 27 Februari 2024. Posisi itu kemudian digantikan oleh Anthony Valentine McEvoy. 

Dalam paparan publik baru-baru ini, McEvoy menuturkan sentimen boikot produk Israel berdampak pada performa penjualan perusahaan yang hingga akhir tahun lalu sejatinya masih mencatatkan kenaikan.

Sepanjang 2023, MAPB mencatatkan penjualan bersih Rp3,99 triliun atau tumbuh 16,4% YoY. Namun, tekanan mulai dihadapi sejak Israel memulai invasi ke Palestina pada Oktober 2023.

“Memasuki kuartal I/2024, bersamaan dengan invasi Israel ke Gaza, kami menghadapi kesulitan pada kuartal IV/2023 dan berlanjut hingga kuartal pertama tahun ini,” ujarnya. 

MAPB diketahui menelan kerugian sebesar Rp22,23 miliar pada kuartal I/2024 atau berbalik dari capaian laba yang diperoleh pada periode sama tahun lalu yakni Rp13,65 miliar.

Kerugian tersebut sejalan dengan kinerja penjualan yang ambles 17,7% atau dari posisi Rp957 miliar pada kuartal I/2023 menjadi Rp788 miliar pada kuartal pertama tahun ini. 

Penurunan itu tidak terlepas dari aksi boikot yang menyasar jaringan Starbucks di Indonesia. Hal ini disebabkan Starbucks merupakan salah satu penyumbang terbesar penjualan MAPB dengan jumlah gerai mencapai 607 dari 843 yang dikelola.

Secara rinci, segmen penjualan minuman MAPB mengalami koreksi 23,22% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp438,53 miliar pada kuartal I/2024. Sementara itu, segmen makanan menyumbang Rp298,4 miliar atau turun 8% secara tahunan.

McEvoy menuturkan bahwa setiap harinya Starbucks terkena dampak dari aksi boikot, mulai dari vandalisme, tekanan sosial, hingga protes yang dilakukan di dalam toko. Tindakan yang dinilai mempengaruhi hidup para pegawai perseroan.

Padahal, kata dia, Starbucks secara global tidak memiliki jaringan gerai di Israel. Selain itu, mayoritas pegawai perseroan mayoritas adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

“Kami memiliki 6.000 orang pegawai di Starbucks Indonesia, yakni PT Sari Coffee Indonesia, dan hanya satu orang bule di perusahaan ini. Tidak ada yang lain [kecuali saya],” kata McEvoy.

Dia kembali menegaskan bahwa edukasi sangat penting untuk terhindar dari kebohongan dan benci yang diarahkan kepada Starbucks Indonesia. Menurutnya, hal itu hanya membuat para pegawai perusahaan semakin tertekan dengan masa depannya.

“Dan mereka yang bekerja tiap hari membuka toko [Starbucks] tidak tahu bagaimana masa depannya karena kebohongan dan benci,” pungkasnya.

Ratih Darmawan Gianda, VP Investor Relations, Corporate Communications and Sustainability MAP Group, menambahkan bahwa aksi boikot yang masih berlanjut turut mempengaruhi gairah perusahaan untuk menggenjot ekspansi tahun ini.

Sampai dengan kuartal I/2024, Ratih menyampaikan bahwa ada dua gerai Starbucks yang ditutup. Menurutnya, Grup MAP sangat berhati-hati dalam penutupan gerai karena hal tersebut berkaitan langsung dengan nafkah hidup orang banyak.

“Kami harus melihat dari kacamata yang lebih luas karena pekerjanya 100% orang Indonesia, dan dampaknya secara jangka panjang bahaya untuk Indonesia karena tingkat pengangguran bisa tinggi,” pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper