Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUMN Karya ADHI dan PTPP Rancang Obligasi untuk Refinancing

BUMN Karya ADHI dan PTPP meracik strategi penggalangan modal melalui penerbitan obligasi di tengah upaya emiten pelat merah tersebut melakukan refinancing.
Caption: Direktur Operasi III Adhi Karya Vera Kirana (kiri), Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson (tengah), dan Direktur Operasi I Adhi Karya A. Suko Widigdo (kanan) memberikan keterangan terkait RUPST ADHI di Jakarta, Senin (1/4/2024) – JIBI/Dionisio Damara.
Caption: Direktur Operasi III Adhi Karya Vera Kirana (kiri), Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson (tengah), dan Direktur Operasi I Adhi Karya A. Suko Widigdo (kanan) memberikan keterangan terkait RUPST ADHI di Jakarta, Senin (1/4/2024) – JIBI/Dionisio Damara.

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten BUMN Karya meracik strategi penggalangan modal melalui penerbitan obligasi di tengah upaya emiten pelat merah tersebut melakukan refinancing.

Adapun langkah penerbitan obligasi akan ditempuh oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT PP (Pesero) Tbk. (PTPP). ADHI dalam waktu dekat berencana menawarkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap 1 2024 senilai Rp1 triliun.

Aksi korporasi itu merupakan rangkaian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan IV Adhi Karya dengan total target dana yang sebesar Rp5 triliun. Penawaran ini akan dilaksanakan selama periode 2024 – 2026.

Direktur Utama ADHI Entus Asnawi Mukhson mengatakan penerbitan obligasi perseroan akan dilakukan secara bertahap. Pada tahun ini, ADHI berencana menerbitkan obligasi senilai Rp1 triliun, lalu sebesar Rp2 triliun pada 2025 dan 2026.

Langkah ini pun telah mendapatkan lampu hijau dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada 1 April 2024.

“Penggunaan dana untuk PUB Obligasi IV antara lain untuk refinancing, modal kerja, dan penyertaan kerja sama pemerintah dan badan usaha [KPBU],” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada awal April 2024.

Di sisi lain, PTPP juga berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV PTPP Tahun 2024 dengan target dana Rp3 triliun. Aksi korporasi ini akan ditempuh dalam dua tahap.

Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengatakan untuk tahap pertama, perseroan bakal menerbitkan obligasi senilai Rp1,5 triliun, yang terdiri atas dua seri. Seri A memiliki tenggat jatuh tempo pada 27 Juni 2027, sementara seri B 27 Juni 2029.

“Seri A untuk jangka waktu tiga tahun dengan indikasi kupon 9,50% - 10,25%, sedangkan Seri B untuk jangka waktu lima tahun memiliki indikasi kupon 9,75% - 10,50%. Obligasi Berkelanjutan IV juga telah mendapatkan peringkat atau rating idA dari Pefindo,” ujarnya.

Bakhtiyar menjelaskan bahwa dana yang berhasil dihimpun nantinya akan dialokasikan sebesar Rp1,1 triliun untuk refinancing dan sisanya untuk modal kerja perseroan.

Refinancing merupakan kegiatan pembiayaan kembali pendanaan perusahaan. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan operasional dengan merestrukturisasi pendanaan.

UTANG BUMN KARYA 2019 – 2023

Seturut dengan aksi korporasi ini, BUMN Karya tercatat memiliki nilai liabilitas yang terbilang jumbo. Sepanjang 2023, misalnya, total liabilitas dari ADHI, PTPP, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) tembus Rp213,05 triliun.

Jumlah liabilitas tersebut paling besar disumbangkan oleh Waskita dengan nilai mencapai Rp83,99 triliun, disusul WIKA sebesar Rp56,4 triliun, kemudian PTPP Rp41,38 triliun, dan ADHI senilai Rp31,27 triliun.

Meski demikian, total liabilitas BUMN Karya sepanjang 2023 turun dibandingkan dengan 2022 yang mencapai Rp215,51 triliun dan Rp215,57 pada 2021. Adapun utang BUMN Karya pada 2019 dan 2020 masing-masing mencapai Rp207,93 triliun serta Rp212,81 triliun.

Besaran nilai utang itu pun membuat WSKT dan WIKA menempuh langkah restrukturisasi guna menyehatkan kondisi keuangan perusahaan. Di sisi lain, hal ini juga tidak terlepas dari kasus penundaan pembayaran utang obligasi yang sempat dialami masing-masing perseroan.

Waskita Karya, misalnya, gagal membayar bunga dan nilai pokok atas obligasi jatuh tempo senilai Rp1,36 triliun pada 16 Mei 2024. Utang tersebut berasal dari Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap IV Tahun 2019 Seri B, yang memiliki tingkat bunga tetap 9,75% per tahun dengan jangka waktu lima tahun.

Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memperpanjang suspensi perdagangan efek WSKT. Saham perseroan juga masuk dalam daftar 41 emiten yang berpotensi dihapus pencatatannya dari lantai bursa atau delisting per April 2024.

Perseroan sejatinya telah menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) terkait surat utang tersebut, akan tetapi tidak menemui kata sepakat. Dengan demikian, Waskita akan mengagendakan lagi RUPO dalam waktu dekat.

Di tengah kondisi tersebut, Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho menyatakan bawa perseroan berkomitmen memperkuat tata kelola perusahaan dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG) secara komprehensif.

Beberapa langkah konkret yang ditempuh perseroan adalah menghindari benturan kepentingan, menerapkan code of conduct terkait pelarangan pegawai dan pengurus sebagai mitra bisnis, yang didukung sistem whistleblowing guna mendeteksi pelanggaran lebih awal.

“Dengan memperkuat pencegahan dan konsisten dalam melakukan penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan manajemen risiko, perseroan meyakini upaya ini dapat memberikan nilai bagi pemegang saham dan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan,” tuturnya.

SVP Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita menambahkan bahwa perseroan menargetkan proses restrukturisasi keuangan dapat efektif pada semester I/2024 guna meningkatkan performa perusahaan ke depan.

Berikut nilai liabilitas BUMN Karya selama 2019-2023:

BUMN Karya
BUMN Karya

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper